REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kepala panitia untuk Piala Eropa 2016 Jacques Lambert mengatakan pihaknya akan melakukan segalanya agar Piala Eropa 2016 tetap diselenggarakan di Prancis. Lambert mengakui situasi keamanan di Perancis memang ada gangguan sepanjang tahun ini.
Pertama adalah penyerangan terhadap majalah satir Charlie Hebdo, dan terakhir adalah serangan teror di enam titik di Kota Paris, yang salah satunya menargetkan stadion utama Stade De France.
“Kami akan mengambil keputusan untuk meningkatkan keamanan Piala Eropa. Kami akan melakukan segalanya,” kata Lambert dikutip dari Talksport.com, Ahad (15/11).
Apa saja upaya pengamanan yang akan digencarkan sebelum Piala Eropa pada 10 Juli mendatang, Lambert belum mau membeberkan. Menurut dia, pihaknya akan bekerja sama dengan kantor-kantor intelijen agar bisa mencegah pergerakan dan rencana musuh atau teroris yang ingin mengacaukan Piala Eropa di negaranya itu.
Sebenarnya, lanjut Lambert, keamanan di stadion-stadion yang akan menyelenggarakan Piala Eropa tak terlalu mengkhawatirkan. Yang patut diwaspadai menurut dia adalah penyerangan yang dilakukan secara tiba-tiba di luar stadion dan di jalanan kota usai pertandingan selesai. “Resiko tinggi ada di jalanan, di luar stadion. Kalau di dalam stadion relatif aman,” ujarnya.
Usai serangan yang menewaskan ratusan jiwa di Paris pada Sabtu (14/11) kemarin, banyak argumen yang mengarahkan agar status Prancis sebagai tuan rumah Piala Eropa 2016 ditangguhkan. Karena dikhawatirkan akan berpotensi mengalami gangguan oleh kelompok teroris yang beredar di Prancis selama beberapa tahun belakangan.