REPUBLIKA.CO.ID, TURIN — Gelandang AS Roma Radja Nainggolan memperingatkan timnya bahwa berbicara tentang peluang meraih scudetto musim ini merupakan sebuah kesalahan. Dia mengatakan Roma harus menatap pertandingan satu demi satu.
Menjelang pertemuan melawan AS Roma di Stadion Allianz, Ahad (24/12) dini hari WIB, pelatih Juventus Massimilliano Allegri berulang kali menyatakan bahwa Roma dan Napoli adalah pesaing utama scudetto. Bahkan, tiga tim itu berada di depan Inter Milan dan Lazio.
Namun, Roma gagal membuktikan sejajar dengan Juventus ketika harus menelan kekalahan 0-1 melalui gol Medhi Benatia. “Pembicaraan tentang scudetto adalah kesalahan yang kami buat di masa lalu. Kami harus memainkan pertandingan satu per satu,” kata Nainggolan kepada Mediaset Premium dilansir dari Football Italia, Ahad.
Dia mengatakan Juventus merupakan tim yang kuat. “Kami ingin menekan mereka tinggi, tapi seharusnya kami lebih fokus. Datang ke Turin dan tidak memanfaatkan peluang yang kami ciptakan sehingga menjadi sulit untuk mendapatkan angka,” kata Nainggolan.
Kendati demikian, Nainggolan tidak ingin timnya terlalu lama memikirkan kekalahan tersebut. Dia mengatakan, Roma punya pertandingan melawan Sampdoria usai libur Natal 2017 dan Tahun Baru 2018.
“Kekalahan dari Juventus di Turin bukanlah tragedi, kami masih memiliki pertandingan di Olimpico yang bisa membuat kami kembali ke jalur yang benar,” kata dia.
Dia mengatakan Roma sudah melakukan pekerjaan dengan sangat baik pada awal musim ini. Dia pun yakin Roma akan mencapai hasil maksimal di klasemen Serie A 2017/2018.
Sekarang ini, Roma berada di posisi keempat klasemen Serie A, yakni tempat terakhir untuk lolos ke Liga Champions, dengan 38 angka. Napoli masih memimpin dengan 45 angka, disusul Juventus (44 poin) dan Inter Milan (40 angka).
Pada kesempatan itu, dia juga menjelaskan keributan di lorong menuju ruang ganti pemain. Setelah peluit akhir, Max Allegri keluar dari lorong setelah ada keributan antara Kostas Manolas, Nainggolan dan asisten pelatih Juventus, Marco Landucci.
"Saya ingin menjabat tangan Landucci. Saya pernah bekerja dengannya di Cagliari dan saya peduli dengan mereka yang telah membantu saya dalam karier saya. Dia memaki saya. Saya mengerti ada ketegangan pada peluit akhir, tapi saya hanya berusaha menjabat tangannya.”