Jumat 22 Apr 2022 15:24 WIB

AS Ancam Sanksi China Jika Bantu Rusia di Ukraina

Pekan ini China mengatakan ingin terus memperkuat hubungan strategis dengan Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara satu sama lain selama pertemuan mereka di Beijing, China pada 4 Februari 2022.
Foto: Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Photo
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara satu sama lain selama pertemuan mereka di Beijing, China pada 4 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Amerika Serikat (AS) mengancam menjatuhkan sanksi ke China jika negara tersebut berani memberikan dukungan material kepada Rusia dalam peperangan di Ukraina. Peringatan itu muncul setelah Beijing menyampaikan bahwa mereka berniat terus memperkuat hubungan strategis dengan Moskow.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengungkapkan, China tidak membantu situasi di Ukraina dengan melakukan hal-hal seperti memperkuat kampanye disinformasi Rusia. Sherman berharap China dapat memetik pelajaran dari perang Rusia, termasuk bahwa ia tidak dapat memisahkan AS dari sekutunya.

Baca Juga

“Mereka (China) telah melihat apa yang telah kami lakukan dalam hal sanksi, kontrol ekspor, penunjukan, vis-a-vis Rusia, jadi itu harus memberi mereka gambaran tentang menu yang dapat kami pilih jika memang China akan memberikan dukungan material,” kata Sherman dalam sebuah acara yang digelar kelompok Friends of Europe di Brussels, Belgia, Kamis (21/4/2022), dilaporkan Bloomberg.

Pekan ini China mengatakan ingin terus memperkuat hubungan strategis dengan Rusia. Beijing menyebut hubungannya dengan Moskow tetap solid meskipun ada tudingan dan kekhawatiran bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan kejahatan perang di Ukraina. Kendati demikian, hingga kini perusahaan-perusahaan China tetap mematuhi sanksi yang dijatuhkan Barat, termasuk AS, ke Rusia.

Dalam acara yang digelar Friends of Europe, Sherman turut menyampaikan keinginan AS untuk membantu India meminimalisasi ketergantungannya pada produk persenjataan Rusia. Hal itu mengingat dampak sanksi global terhadap industri senjata Rusia. “Mereka (India) memahami bahwa militer mereka, yang dibangun di atas senjata Rusia, mungkin tidak memiliki masa depan dengan senjata Rusia lagi karena sanksi kami telah menarik kembali kompleks industri militer Rusia, dan itu tidak akan kembali dalam waktu dekat,” ucapnya.

Awal bulan ini Perdana Menteri India Narendra Modi telah menyampaikan kepada Presiden AS Joe Biden tentang kebutuhan negaranya membeli persenjataan Rusia. Persenjataan itu dibutuhkan untuk mengamankan wilayah perbatasannya dengan China. Menurut Modi, alternatif pembelian persenjataan selain dari Rusia terlalu mahal harganya.

Sementara terkait konflik di Ukraina, India memiliki pandangan yang mirip dengan China. India mendukung seruan gencatan senjata dan solusi diplomatik. Namun mereka abstain dalam pemungutan suara rancangan resolusi yang mengutuk aksi atau tindakan Rusia di Ukraina.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement