Rabu 21 Dec 2022 16:36 WIB

Islamic Arts Biennale Pertama Diadakan di Bandara Jeddah

Islamic Arts Bienalle akan menggambarkan seni menjadi seorang Muslim.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Terminal Haji di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, Arab Saudi. Islamic Arts Biennale Pertama Diadakan di Bandara Jeddah
Foto: skyscrapercity.com
Terminal Haji di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, Arab Saudi. Islamic Arts Biennale Pertama Diadakan di Bandara Jeddah

IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Sebuah pameran karya seni pertama akan dibuka di Jeddah. Pameran yang diberi nama Islamic Arts Bienalle ini akan menggambarkan seni menjadi seorang Muslim.

Sang kurator, Julian Raby, menyebut hal ini bukan semata-mata hanya tentang seni Islam. Informasi ini disampaikan oleh sejarawan seni dan mantan direktur Smithsonian's National Museum of Asian Art di Washington dalam sebuah diskusi panel dengan tiga rekan kuratornya untuk pameran tersebut.

Baca Juga

Bersama-sama, mereka telah diberi tugas dengan permintaan yang tidak biasa, yaitu menggambarkan dengan tepat seperti apa biennale seni Islam itu. “Saya pikir sudah saatnya Saudi menjadi tuan rumah topik penting dan pameran penting, terutama di Jeddah, karena ini adalah tempat lahirnya Islam, pintu gerbang Makkah dan Madinah,” kata Kepala Eksekutif Yayasan Diriyah Biennale, Aya Al Bakree, selaku penyelenggara acara tersebut.

Program ini disebut akan memberikan kesempatan untuk menceritakan kisahnya, tidak hanya dari perspektif agama, tetapi dari perspektif peradaban dan budaya. Seni Islam selalu diterima baik sebagai geometri, Iznik [ubin], atau hal sangat religius, yang mana di antaranya ada hal yang harus diceritakan.

 

Dilansir di The National News, Rabu (21/12/2022), fokus agenda ini mencakup desain, arsitektur, kerajinan dan disiplin ilmu lainnya, sekaligus karya seni kontemporer. Hal-hal tersebut dinilai mencerminkan dampak Islam pada kehidupan budaya.

Adapun kurator yang bertanggung jawab juga disebut merupakan gabungan dari hal-gal di atas. Raby, salah satunya, merupakan seorang cendekiawan yang mengkurasi pertunjukan ini bersama arkeolog Saudi Saad Alrashed, spesialis warisan budaya Omniya Abdel Barr dari V&A, serta arsitek Sumayya Valley dari firma Counterspace.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement