Ahad 08 Nov 2020 19:12 WIB

163 Santri Positif Covid-19 di Garut Dinyatakan Sembuh

Para santri dan pengurus pondok pesantren itu telah melewati masa isolasi 10 hari.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi Covid-19. Sebanyak 163 santri dan pengurus pondok pesantren di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, yang sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19 telah dinyatakan sembuh.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Sebanyak 163 santri dan pengurus pondok pesantren di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, yang sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19 telah dinyatakan sembuh.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sebanyak 163 santri dan pengurus pondok pesantren di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, yang sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19 telah dinyatakan sembuh. Para santri dan pengurus pondok pesantren itu telah melewati masa isolasi selama 10 hari dan diperbolehkan kembali pulang ke rumahnya masing-masing.

"Jadi dari total 163 orang, semua sudah dinyatakan selesai isolasi. Mereka pulang ke rumah masing-masing melalui puskesmas," kata Juru bicara pesantren yang berada di Kecamatan Pangatikan itu, Nasrul Fuad, saat dihubungi Republika, Ahad (8/11).

Baca Juga

Ia menyebutkan, gelombang pertama pada Senin (2/11), sebanyak 81 santri dipulangkan. Kedua, pada Selasa (3/11) sebanyak 33 santri dipulangkan. Terakhir, pada Jumat (6/11), sebanyak 49 santri dan pengurus dipulangkan.

Selain itu, lanjut dia, para santri yang sehat dan menjalani karantina di pesantren juga telah dipulangkan. Para santri putra sudah dipulangkan sejak pekan lalu, sedangkan santri putri dipulangkan pada Rabu (4/11). 

"Semua masih dalam masa karantina mandiri di rumah masing-masing selama empat hari," kata dia. 

Nasrul mengatakan, untuk sementara, kegiatan di lingkungan pesantren dihentikan. Para santri akan tetap diberi materi pelajaran, tapi melalui pembelajaran jarak jauh secara daring (online), baik untuk madrasah maupun pesantren.

Hal itu dilakukan agar dapat untuk menetralisir lingkungan pesantren dari penyebaran Covid-19, serta perbaikan sarana dan prasarana yang ada. "Kita hentikan dulu kegiatan di pesantren yang sifatnya offline. Nanti pemberitahuan lebih lanjut akan kita umumkan, apakah sampai Desember atau akhir November sudah bisa masuk," kata dia.

Kendati belum menentukan waktu kegiatan di pesanten tersebut kembali dilakukan, menurut Nasrul, pihak pesantren telah menyiapkan sejumlah kebijakan dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren untuk kedua kalinya. Kebijakan pertama yang mungkin akan dilakukan, masuknya para santri akan dilakukan secara bertahap. 

"Mulai dari 25 persen, 50 persen, baru semuanya," kata dia. 

Rencana kedua, lanjut dia, yaitu dilakukan sistem belajar secara bergilir. Misalnya, santri tingkat awal akan masuk terlebih dahulu dalam beberapa waktu. 

Setelah itu, secara bergantian dengan santri tingkat lainnya. Terakhir, rencana ketiga santri akan langsung semuanya. "Namun kemungkinan kita gunakan plan A atau plan B. Mudah-mudahan tidak timbul klaster lagi," kata dia.

Nasrul menambahkan, ketika santri diperbolehkan kembali ke pesantren, penerapan protokol kesehatan juga akan diperketat. Selain itu, kunjungan orang tua akan sangat dibatasi. Termasuk mobilitas pedagang dan interaksi santri dengan masyarakat sekitar, akan sangat diawasi.

"Memang saya pernah bilang, pesantren itu memiliki tingkat risiko yang tinggi dalam pemyebaran Covid-19. Karena mobilitas luar biasa. Itu penerapan protokol kesehatannya yang harus ditingkatkan," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement