Senin 24 Oct 2022 01:51 WIB

Puluhan PKL Tambak Asri Minta Pemkot Surabaya Tidak Asal Menggusur

Puluhan PKL di Tambak Asri, Surabaya meminta Pemkot tidak asal menggusur.

PKL (ilustrasi). Puluhan PKL di Tambak Asri, Surabaya meminta Pemkot tidak asal menggusur.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
PKL (ilustrasi). Puluhan PKL di Tambak Asri, Surabaya meminta Pemkot tidak asal menggusur.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Puluhan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di bawah Jembatan Tol Tambak Asri, Kota Surabaya, Jawa Timur, meminta pemerintah kota setempat tidak asal menggusur tanpa adasolusi.

Juru Bicara (Jubir) Paguyuban PKL Bawah Tol Tambak Asri Daniel Lukas Rorong di Surabaya, Ahad, mengatakan pihaknya menerima surat edaran dari Satpol PP Surabaya yang meminta lokasi di bawah Jembatan Tol Tambak Asri di Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, dikosongkan paling lambat 21 Oktober 2022.

Baca Juga

"Para PKL sempat resah dan gelisah setelah menerima surat edaran itu. Tapi PKL bisa bernafas lega karena rencana penggusuran lapak mereka ditunda oleh Satpol PP," kata dia.

Terkait hal itu, Daniel mengaku dirinya memang pernah berkomunikasi dengan Asisten 2 Pemkot Surabaya Irvan Widyanto dan Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono melalui pesan WhatsApp (WA) untuk meminta solusi terkait hal ini.

"Ini karena surat edaran tersebut baru diterima oleh para PKL Bawah Tol Tambak Asri pada 19 Oktober 2022 tanpa ada pemberitahuan sebelumnya berupa sosialisasi," kata dia.

Menurut Daniel, ada yang janggal dalam isi surat edaran tersebut yang mana ditujukan kepada pemilik bangunan liar yang berada di bawah jembatan tol itu. Padahal, kata dia, ada sekitar 50-an PKL yang sampai saat ini masih aktif berjualan di sana.

PKL tersebut berjualan dengan membuka warung kopi, warung makanan, soto rombong, sate ayam, konter pulsa, gorengan, potong rambut, tukang permak kain sampai tambal ban.

"Sebelum pandemi Covid-10, ada 80-an yang tercatat sebagai PKL disini," ujar dia.

Meski demikian, Daniel tidak memungkiri bahwa memang ada bangunan liar yang berdiri di bawah jembatan tol Tambak Asri.

"Kalau sasarannya memang bangunan liar, silahkan dibongkar. Tapi kalau PKL kena dampaknya juga, ini yang perlu diadakan pertemuan terlebih dahulu untuk mencari solusinya," kata dia.

Selain itu, Daniel juga berterima kasih kepada Pengacara Sholeh dan Ormas Madura Nusantara (Mantra) yang melakukan pendampingan hukum terhadap para PKL bawah tol Tambak Asri untuk memberi kepastian bahwa rencana penggusuran tersebut ditunda sampai nanti ada pertemuan dengan Pemkot Surabaya.

Salah seorang PKL setempat, Nurul, berharap tidak ada penggusuran di lapak tempatnya berjualan selama ini. "Kalau digusur, saya dan suami mau berjualan dimana lagi? Jika di depan rumah warga, nanti diusir," kata PKL berjualan sate ayam dan daging ini.

Hal senada juga diungkapkan oleh Giati, yang membuka warung makanan. Dia berharap, jika digusur, paling tidak di relokasi sehingga dirinya bisa berjualan kembali.

Pemerintah Kota Surabaya sebelumnya merelokasi ratusan warga yang menempati bangunan liar di bawah jembatan tol dan Kampung 1001 Malam Jalan Lasem Barat, Dupak, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, pada 17 Oktober 2022.

Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, setelah dikosongkan, lahan tersebut akan dibangun rumah pompa untuk mengatasi genangan di kawasan Kecamatan Krembangan dan sekitarnya. Sedangkan warga yang telah lama tinggal di kawasan ini juga dipindahkan ke rumah susun sewa sederhana (Rusunawa) Sumur Welut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement