Sabtu 14 Oct 2023 13:56 WIB

Unicef Takut Melihat Kejadian di Gaza Palestina, ini Penjelasannya

Israel tak pedulikan serang anak atau militer

Peserta aksi dari Forum Umat Islam mengikuti Indonesia Turun Tangan Bantu Palestina di Titik Nol Yogyakarta, Jumat (13/10/2023). Pada aksi damai menyikapi pertempuran Israel-Palestina ini mereka menyerukan Pemerintah untuk ikut membantu Palestina dengan menggalang bantuan internasional. Selain itu, mereka juga melakukan penggalangan dana untuk membantu perjuangan rakyat Palestina. Pada akhir aksi peserta berdoa qunut nazilah bersamaan dengan Shalat Ashar berjamaah di lokasi aksi.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Peserta aksi dari Forum Umat Islam mengikuti Indonesia Turun Tangan Bantu Palestina di Titik Nol Yogyakarta, Jumat (13/10/2023). Pada aksi damai menyikapi pertempuran Israel-Palestina ini mereka menyerukan Pemerintah untuk ikut membantu Palestina dengan menggalang bantuan internasional. Selain itu, mereka juga melakukan penggalangan dana untuk membantu perjuangan rakyat Palestina. Pada akhir aksi peserta berdoa qunut nazilah bersamaan dengan Shalat Ashar berjamaah di lokasi aksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Korban pengeboman di Jalur Gaza mencakup sebagian besar anak-anak, ungkap Badan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pada Jumat seraya mendesak agar kekerasan "segera dihentikan".

"Kami takut melihat kejadian dari Gaza. Sejumlah besar anak-anak menjadi korban," tulis UNICEF di media sosial X.

Baca Juga

Badan PBB itu menegaskan bahwa satu juta orang tidak memiliki tempat yang aman.

"Ini tidak dapat diterima dan kekerasan harus secepatnya dihentikan," katanya.

Dalam situasi yang semakin memanas di Timur Tengah, Pasukan Israel meluncurkan kampanye militer yang gencar dan berkelanjutan di Jalur Gaza sebagai aksi balasan atas serangan militer kelompok Hamas di wilayah Israel.

Konflik Palestina-Israel berlangsung sejak Sabtu lalu ketika Hamas mulai melakukan Operasi Badai Al Aqsa, yakni serangan mendadak dari segala penjuru termasuk serentetan peluncuran roket dan penyusupan ke Israel lewat jalur darat, laut dan udara.

Hamas mengungkapkan bahwa operasi tersebut sebagai balasan atas penyerbuan terhadap Masjid Al Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan peningkatan kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Militer Israel kemudian melancarkan Operation Swords of Iron untuk menargetkan Hamas di Jalur Gaza.

Aksi balasan Israel kemudian meluas hingga memutus pasokan air dan listrik ke Jalur Gaza sehingga memperparah kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007 tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement