REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Graham Potter berada dalam situasi yang menantang di Chelsea FC. Ia baru enam bulan menjadi pelatih klub tersebut.
Ia datang saat the Blues berganti kepemilikan. Sepanjang musim ini bergulir, performa armada Stamford Bridge naik turun. Teranyar, Kai Havertz dan rekan-rekan hanya meraih dua kemenangan dalam 14 laga terakhir di berbagai ajang.
Hasil demikian membuat Potter mulai tertekan. Petinggi klub tetap menunjukkan dukungan terhadapnya. Todd Boehley dan jajarannya menyadari sang arsitek sedang membangun proyek jangka panjang.
Itu sejalan dengan cara manajemen mendatangkan sejumlah pemain muda dengan kontrak berdurasi lama. Namun, ada oknum penggemar tidak peduli akan hal itu. Belakangan, sang arsitek mengaku mendapat pesan anonim berbahaya.
Potter sudah terbiasa mendengarkan cemoohan di stadion. Itu bagian dari pekerjaannya. Tapi ketika muncul ancaman terhadap hidupnya, ia merasa perlu bersuara.
"Saya mendapat beberapa email yang tidak terlalu bagus, yang menginginkan saya dan anak-anak saya mati. Jadi ini tidak menyenangkan untuk diterima," kata mantan juru taktik Brighton and Hove Albion ini, dikutip dari dailystar.co.uk, Sabtu (25/2).
Ia mengaku selalu menerima situasi apa adanya. Sepanjang itu dalam hal normal. Misalnya ketika ia dikritik atas hasil kerjanya selama ini di Chelsea.
Namun, aksi pihak anonim itu sulit ia terima. Hidup harus terus berjalan. Menurut Potter, ia berusaha tetap fokus ke lapangan.
Ia mencoba memberikan segalanya yang bisa dilakukan. "Tugas saya adalah bertindak sebagaimana saya pikir saya harus bertindak dengan cara terbaik untuk tim dan klub. Bertindak dengan integritas," ujar pelatih berusia 47 tahun itu.
The Blues akan menjalani derbi London dalam lanjutan Liga Primer Inggris musim 2022/23. Mason Mount dan kawan kawan bertamu ke markas Tottenham Hotspur, pada Ahad (26/2/2023) malam WIB.