Selasa 13 Jun 2023 04:31 WIB
...

Guardiola, Manchester City, dan Penantian Panjang Trofi Liga Champions

Gemilangnya Man City musim ini tak terlepas dari perubahan formasi yang disusun Pep.

Manchester City menjuarai Liga Champions musim 2022/2023.
Foto: AP Photo/Antonio Calanni
Manchester City menjuarai Liga Champions musim 2022/2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah bertahun-tahun trofi UEFA Champions League (UCL) atau Liga Champions seakan-akan menjadi sesuatu yang "haram" bagi Manchester City sekaligus seperti mustahil disentuh kembali oleh Pep Guardiola. Sejak mengarsiteki the Citizens pada 2016/2017, Pep selalu kesulitan mendapatkan trofi Si Kuping Besar.

Seperti selalu ada kerikil yang mengadang. Kalah dari AS Monaco dengan agregat 3-5 pada babak 16 besar UCL 2016/2017, kalah dari Liverpool dengan agregat 1-5 pada babak delapan besar UCL 2017/2018, kalah agresivitas gol tandang melawan Tottenham Hotspur dengan skor 4-4 pada babak delapan besar UCL 2018/2019, kalah dari Olympique Lyon dengan skor 1-3 pada babak delapan besar UCL 2019/2020.

Baca Juga

Yang menyedihkan, kalah pada final UCL 2020/2021 melawan Chelsea FC dengan skor 0-1, dan terakhir kalah melawan Real Madrid dengan agregat 5-5 pada babak semifinal UCL 2021/2022.

Namun, tidak ada kerikil untuk musim ini, tidak ada untuk hari Ahad (11/6/2023) WIB kemarin. Tangis itu tetap hadir, tapi sudah tidak sama lagi dengan tangis tahun 2020/2021 saat Man City menangis karena dikalahkan Chelsea di bawah asuhan pelatih Thomas Tuchel pada final UCL dengan skor 0-1, di Estadio Do Dragao, Portugal. Melalui gol Kai Havertz, Pep dibuat tidak mampu berkata-kata ketika klub tetangga Manchester United itu gagal di final UCL.

Tepat dua tahun setelah kekalahan menyakitkan itu, Man City kembali menangis seusai pertandingan final UCL melawan Inter Milan di Stadion Ataturk, Istanbul, Turki, Ahad (11/6/2023) WIB. Bukan tangis kesedihan, tapi kali ini tangis haru; tetes air mata kebahagiaan sebagai ungkapan perasaan senang yang meluap-meluap akibat tercatat dalam sejarah sebagai juara.

Tendangan Rodrigo Hernandez Cascante atau biasa disapa Rodri menjebol gawang Inter pada menit ke-68 dan membawa Man City memenangkan pertandingan dengan skor 1-0.

Penyelamatan brilian Ederson Moraes dari sundulan Robin Gosens pada menit akhir secara tidak langsung mengakhiri pertandingan dan "priiit...prit...prit" bunyi peluit panjang yang ditiup wasit asal Polandia Szymon Marciniak membuat semua perasaan itu pecah. Para staf Man City memasuki lapangan dengan riang gembira, sedangkan beberapa pemain tergeletak dan menangis tersedu-sedu.

Saling berpelukan, meluapkan emosi sehabis-habisnya, seakan melepaskan beban yang dipikul berat selama bertahun-tahun akibat selalu gagal mempersembahkan trofi UCL pertama bagi klub yang bermarkas di Etihad Stadium tersebut.

Itu adalah trofi UCL pertama Man City sejak berdiri 129 tahun yang lalu tepatnya tahun 1894. Trofi ini sekaligus merupakan trofi penyempurna treble winners milik Man City dan sekaligus menjadi tim kedua di Inggris yang berhasil meraih tiga piala dalam semusim setelah Manchester United era Sir Alex Ferguson pada 1998/1999.

"Kami membuat sejarah, tidak hanya untuk Liga Champions tetapi dengan treble. Kami membuat sejarah di Inggris dan Eropa dan itu adalah langkah yang kami butuhkan untuk mengangkat City menjadi tim papan atas," kata Rodri seusai laga final, dilansir dari laman resmi klub, Ahad (11/6/2023).

Pada pengalungan medali, semua pemain yang terlibat dalam kesuksesan menjuarai UCL, satu per satu mencium dan memandang penuh cinta piala prestisius kompetisi antarklub se-Eropa itu.

Saat sang kapten Ilkay Gundogan datang menuju kerumunan pesta sambil membawa piala, diiringi tepuk tangan dan sorak puluhan ribu fans yang datang ke Istanbul serta anthem Liga Champions, trofi UCL itu akhirnya sudah tidak menjadi mimpi belaka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement