Rossi mungkin saja mengutuk ketidakmampuan kembali ke masa lalu, dirinya yang masih muda.
Dirinya sekadar memiliki spirit dan kebanggan dari masa lalu agar masih ada di era keemasan memacu pedal gas kuda besi roda dua. Akan tetapi, ia tidak bisa mengasapi realitas bahwasanya dunia sudah berubah, lintasan dan regenerasi para pembalap terus berlanjut. Fragmen yang ia buat dalam perjalanannya selama di MotoGP dibayar oleh perilaku yang sama ketika the Doctor mendapati rival muda pada diri Marc Marquez.
Marquez mungkin manifestasi dari Rossi ketika ia tertawa tengil di depan Max Biaggi serta Sete Gibernau, dua rider yang dipaksa menelan pil pahit atas segala rivalitas di atas lintasan.
Rider muda yang tampil berani dengan gaya ugal-ugalan ketika memperebutkan podium pertama di setiap sirkuit MotoGP. Sampai akhirnya, kini giliran Marquez yang nelangsa.
Marquez kini harus menerima kepungan anak-anak didik Rossi jebolan VR46 Academy. Sayangnya, Marquez justru lebih banyak kalah oleh cedera akibat dari gaya balapan liarnya.