Senin 10 Jul 2023 21:35 WIB

Tanggapi Rencana Penghentian Sementara Liga 1, Bung Kus: Hukuman Harus Proporsional

Kusnaeni menegaskan, rasisme adalah isu yang juga menjadi perhatian FIFA.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Israr Itah
Pesepak bola PSM Makassar, Yakob Sayuri terkena hinaan rasialisme.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Pesepak bola PSM Makassar, Yakob Sayuri terkena hinaan rasialisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Indonesia Mohamad Kusnaeni berharap PSSI maupun PT LIB mengambil tindakan proporsional untuk menangani isu rasialisme dalam sepak bola Indonesia. Sebelumnya, Ketua Umum PSSI Erick Thohir mempertimbangkan usulan Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) untuk menghentikan sementara Liga 1.

Aksi rasialisme dialami oleh tiga pemain PSM Makassar, Yakob Sayuri, Yuran Fernandes dan Erwin Gutawa yang mendapat serangan rasisme di media sosial mereka oleh para oknum suporter. Hal itu terjadi setelah pertandingan pekan pertama Liga 1 2023/2024 antara PSM dengan Persija Jakarta pada Senin, 3 Juli 2023 lalu.

Baca Juga

Kusnaeni menegaskan, rasisme adalah isu yang juga menjadi perhatian FIFA. Selain itu, federasi sepak bola di seluruh dunia mempunyai perhatian lebih untuk memberantas rasisme di lingkungan sepak bola. Ia mengapresiasi karena PSSI juga mempunyai perhatian yang sama. Namun, ia meminta agar PSSI mengambil langkah proporsional untuk menangani hal tersebut. 

"Saya pikir pernyataan Pak Erick yang memberi ultimatum akan memberikan peringatan keras atau bahkan menghentikan kompetisi karena adanya isu rasisme dalam liga 1 adalah hal yang baik. Karena memang kita harus menunjukkan komitmen mendukung gerakan anti rasisme di lingkungan sepak bola apalagi ini sepak bola profesional," kata pria yang akrab dikenal dengan panggilan Bung Kus kepada Republika.co.id, Senin (10/7/2023).

"Namun, dalam pelaksanaannya juga harus dilakukan secara bertahap, dipertimbangkan secara matang, bukan berarti ujug-ujug satu kasus, kompetisi langsung dihentikan. Nggak begitu juga. Tangani dulu kasusnya seperti apa, pelajari, beri ruang dulu untuk Komisi Disiplin untuk membuat tindakan. Jadi langsung menghentikan itu juga tidak bijak ya," ujarnya. 

Ia memberikan beberapa contoh sanksi yang bisa diterapkan kepada pelaku aksi rasialisme. Menurutnya Komdis PSSI bisa mengidentifikasi pelaku, kemudian disanksi larangan terlibat dalam sepak bola Indonesia selama setahun. Terlibat di sini artinya tidak hanya dilarang menonton, tapi juga terlibat jadi pengurus suporter dan lain sebagainya. 

"Nah, kalau terjadi kasus berulang, orang yang sama melalukan tindakan yang sama, hukumannya jadi lebih berat, terus aja begitu sampai akhirnya menciptakan efek jera. Kalau dilakukan secara berturut-turut oleh kelompok suporter yang sama, kelompok suporternya saja yang dilarang, nggak boleh datang ke stadion," kata dia.

Kemudian jika ternyata dilakukan secara kolektif oleh kelompok dari satu tim secara bersama-sama, kelompok suporter dari tim tersebut bisa dilarang menghadiri pertandingan kandang. Menurutnya, pertimbangan-pertimbangan seperti itu perlu dilakukan agar hukumannya proporsional dan dapat memberikan efek jera.

"Kita memang harus punya komitmen untuk memerangi rasisme tapi harus dilakukan secara proporsional, karena ada aturannya semua. Di FIFA juga ada aturannya, ada kode-kode yang disiapkan FIFA untuk memerangi rasisme itu, kita pakai saja itu sebagai panduan," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement