REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin melontarkan tuduhan Karim Benzema terafiliasi dengan kelompok Ikhwanul Muslimin. Di Eropa, kelompok ini dianggap sebagai ancapan, sementara di tempat kelahirannya di Mesir, organisasi ini dinyatakan terlarang.
Benzema mendapatkan tudingan itu hanya karena mengunggah sebuah pesan di media sosial mengenai kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza.
"Semua doa kami untuk penduduk Gaza yang sekali lagi menjadi korban dari pemboman yang tidak adil yang tidak memandang bulu terhadap wanita atau anak-anak," tulis Benzema di X, yang sebelumnya adalah Twitter, dikutip AFP.
Pengacara Karim Benzema menyerang balik menteri Darmanin "Ini tidak benar! Karim Benzema tidak pernah memiliki hubungan sedikitpun dengan organisasi ini," kata sang pengacara Hugues Vigier, dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan bahwa Benzema mengekspresikan "belas kasihan alami" dengan "apa yang saat ini banyak orang gambarkan sebagai kejahatan perang yang dilakukan di Gaza. Pengacara tersebut menambahkan bahwa ia berencana untuk mengajukan pengaduan terhadap Darmanin atas komentarnya.
Benzema mendapatkan dukungan dari tokoh sayap kiri Prancis dan kandidat presiden tiga kali Jean-Luc Melenchon. "Saya tidak mengenal Anda dan saya tidak tahu apa-apa tentang sepak bola. Pemerintah dan teman-temannya telah memilih untuk menjelek-jelekkan Anda," katanya, menuduh pihak berwenang melihat Benzema sebagai "orang Prancis hanya di atas kertas".
Benzema bukan satu-satunya bintang sepak bola Muslim yang ikut dalam perdebatan ini. Pemain Liverpool dan Mesir, Mohamed Salah, juga menyerukan agar bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza dan "pembantaian" terhadap warga Palestina diakhiri.