REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Pamor Manchester United (MU) tidak lagi seperti dulu. Bahkan, saat ini MU kerap menjadi guyonan banyak penggemar tetangga alias rival. Praktis, para fan Setan Merah dengan berat hati harus menerima periode kelam ini.
Masa indah menjadi seorang penggemar MU jelas tumbuh pada medio 1990-an hingga 2000-an sedekade lalu, terutama saat mereka menjuarai treble winners pada 1998/1999 bersama pemain-pemain ikonik, seperti David Beckham, Ryan Giggs, Andy Cole, Teddy Sheringham, Ole Gunnar Solskjaer, Peter Schmeichel, Dwight Yorke, hingga era Cristiano Ronaldo fase pertama.
Alhasil, mantan pelatih Chelsea dan Newcastle United, Ruud Gullit menyebut tifosi Setan Merah sudah harus berhenti pun bangun dari glorifikasi masa lalu. "Pemain terbaik tidak lagi pergi ke Manchester United. Mereka sudah bukan jadi pilihan menarik," kata Gullit kepada Podcast William Hill, Up Front with Simon Jordan dilansir Four Four Two, Jumat (10/11/2023).
Pernyataan Gullit memang begitu menohok, tapi berdasarkan fakta lapangan. MU dalam beberapa tahun terakhir selalu kesulitan bersaing untuk merebut trofi Liga Primer Inggris. Periode kelam Setan Merah lahir setelah ditinggal pergi Sir Alex Ferguson.
"Mereka berada di tempat lain dan sekarang Manchester City, Liverpool serta Chelsea punya pemain terbaik. MU tak memiliki pemain top, sehingga menjadi seperti tim era 1990-an sangat tidak mungkin," ujar legenda AC Milan dan timmas Belanda ini.
Masa sulit bukan hanya menimpa para pemain dan pelatih, melainkan setiap penggemar MU. Modal gengsi mereka untuk dibandingkan dengan beberapa tim adalah baru menjuarai Piala Carabao musim lalu.
Akan tetapi, skuad Erik ten Hag pada awal kampanye 2023/2024 begitu mengkhawatirkan dengan tercecer di papan tengah setelah menelan lima kekalahan dari 11 partai yang sudah dimainkan.
Derita tersebut berlanjut pada ajang Liga Champions. MU dengan mudah dipermalukan tim gurem FC Copenhagen dengan skor 3-4 pada matchday keempat Grup A, dini hari WIB tadi.
Untuk itu eks pemain PSV Eindhoven dan AC Milan itu menganjurkan bahwa penggemar MU sudah harus meninggalkan kenangan pun kejayaan pada masa lalu.
"Mantan pemain mereka, yang kini bekerja sebagai seorang pundit bahkan mengatakan hal itulah yang menyulitkan seorang pelatih karena mereka ingin masa-masa keemasan itu terulang kembali. Namun, hal itu tak kembali, setidaknya sampai sekarang," ujar Gullit.
Selain tidak terkesan dengan perkembangan di Old Trafford, pesepak bola yang dulu dijuluki sebagai the Black Tulip berpendapat bahwa Ten Hag adalah pilihan yang aneh bagi manajer.
Pelatih berusia 53 tahun ini relatif tidak berpengalaman, karena sebelumnya hanya berhasil di Eredivisie, dengan Ajax menjadi pekerjaan terbesar dalam CV-nya sebelum mengambil alih kendali di klub pemilik 20 gelar Liga Inggris.
"Menunjuk Ten Hag sebagai pelatih jadi kejutan bagi orang-orang Belanda. Dia tidak memiliki latar belakang yang menunjukkan bahwa dia akan mampu menghadapi tekanan dalam mengelola MU, jadi memilihnya adalah risiko," kata dia.