REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekelompok anggota parlemen Inggris meminta FA melarang keterlibatan pemain transgender dalam kompetisi sepak bola wanita di negara setempat. Ini bukan sekadar kritikan, tapi tindakan nyata melalui saluran resmi.
Salah seorang anggota parlemen, Miriam Cates, mengirimkan surat ke FA. Surat tersebut ditandatangani oleh 47 anggota parleman lainnya, juga 27 anggota House of Lords, majelit tinggi di parlemen Inggris.
Isi surat ini menilai FA menutup mata atas apa yang terjadi. Federasi seperti menyerahkan tanggung jawab kepada klub dan individu. Tak ada aturan yang jelas mengatur permasalahan tersebut.
"Oleh karena itu, kami meminta, tanpa penundaan lebih lanjut, FA bertindak untuk melindungi kompetisi sepak bola wanita dan perempuan, agar melarang laki-laki bermain di tim wanita," demikian petikan lain dari isi surat Anggota Parlemen Inggris ke FA, dikutip dari Reuters, Jumat (8/12/2023).
Reuters sudah menghubungi FA untuk meminta komentar. Sejauh ini, belum ada aturan tegas dari FA terkait batasan gender untuk pemain di bawah 16 tahun. Pro-kontra mulai bermunculan.
Kelompok advokasi transgender mengatakan, tidak menyertakan atlet transgender merupakan diskriminasi. Namun kritik terhadap hal itu mengacu pada kondisi fisik. Memasukkan sosok yang terlahir secara fisik sebagai laki-laki ke kelompok perempuan dinilai sangat tidak adil.
Atlet yang aslinya pria itu memiliki keuntungan dari segi kekuatan. Lebih dari itu, isu ini paling kontroversial. Bisa memecah belah komunitas olah raga.
Kajian terus dilakukan. Sehingga bisa menemukan formula terbaik. Wolrld Athletics dan World Aquatics termasuk federasi yang memperketat aturan terkait hal tersebut.