REPUBLIKA.CO.ID, Marcus Rashford sedang tenggelam. Penyerang 26 tahun itu seperti kehilangan arah di sepanjang musim ini bergulir.
Entah mengapa? Apakah ia tidak tercipta menjadi pemain besar? Secara kualitas teknis, ia berada di atas rata-rata.
Namun bicara tentang level super star, kuncinya adalah konsistensi. Tengok bagaimana kiprah Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Minimal seperti Zlatan Ibrahimovic, Didier Drogba, Wayne Rooney.
Mundur sedikit ke belakang, ada Alessandro Del Piero, Fransesco Totti. Kemudian Ronaldo Luis Nazario, dan sebagainya. Sederet contoh yang disebutkan semuanya penyerang.
Ini agar lebih mudah dibandingkan dengan Rashford. Mereka konsisten menjadi pembeda selama bertahun-tahun. Di level individu, nyaris selalu menjadi momok di pertahanan lawan untuk waktu yang lama.
Sementara Rashford nampaknya sulit melakukan itu. Musim lalu, ia digdaya. Ia mencetak 30 gol dari 56 pertandingan bersama the Red Devils. Ia akhirnya terpilih menjadi pemain terbaik klub tersebut, untuk periode 2022/23.
Lalu apa yang terjadi saat ini? Jangankan menyamai, mendekati saja susah. Sampai setengah perjalanan, jebolan akademi United itu baru tiga kali menggetarkan jala lawan dari 25 penampilan. Miris.
"Dia merasa seperti berada di tempat di mana sesuatu perlu terjadi padanya, di klub, atau seseorang perlu berbicara dengannya, karena dia harus pergi ke level yang kita harapkan darinya," kata pundit ITV, Ian Wright, dikutip dari dailymail.co.uk.
Rashford bagian dari skuad United yang baru saja menghadapi tuan rumah Wigan Athletic putaran ketiga Piala FA. MU unggul 2-0 atas Wigan, di DW Stadium, Selasa (9/1/2024) dini hari WIB. Kubu tamu menggebrak sejak awal.
Pada menit ke-22, setan merah memimpin melalui sepakan Diogo Dalot. Skor 1-0 bertahan hingga turun minum. Selepas jeda, pasukan Old Trafford mempertahankan dominasinya. Alhasil, anak asuh Erik ten Hag memperlebar jarak. Kali ini lewat penalti Bruno Fernandes di menit ke-74.
MU bisa saja menang dengan selisih gol yang lebih besar. Namun para penggawa the Red Devills tidak efektif memanfaatkan peluang. Rashford kurang menonjol di pertandingan ini.
"Saya memiliki ekspektasi tinggi terhadap Rashford. Saya menginginkan lebih," ujar pakar ITV lainnya, Roy Keane yang juga merupakan mantan kapten MU.
Selain Wright dan Keane, di studio hadir pula Roberto Martinez. Martinez menangani tim nasional Belgia yang menghadapi Inggris pada Piala Dunia 2018 lalu. Ketika diminta membuat penilaian tentang Rashford yang dulu dan sekarang, sang arsitek memiliki jawaban utuh.
"Ketika Anda bermain melawan Rashford pada 2018. Kekhawatirannya adalah bagaimana dia menciptakan ruang terlebih dahulu karena dia bisa memanfaatkannya, dan anda tidak bisa mengejarnya. Hari ini dia adalah pemain yang berbeda, dia lebih memikirkan cara untuk berdiri, lebih banyak menunda dalam bertindak, berpikir, mencoba untuk terhubung. Dia sepertinya tidak siap mengambil risiko seperti kualitas normalnya yang memungkinkan dia melakukannya," tutur sosok yang kini melatih timnas Portugal itu.
Demikian gambaran terkini tentang Rashford. Berbagai sudut pandang menunjukkan hal serupa. Baik itu dari statistik sang pemain sendiri, maupun pendapat para pakar.
Semuanya mengerucut pada situasi di mana penyerang tersebut mengalami kemunduran. Ia dianggap belum sepenuhnya memaksimalkan potensi alami dalam dirinya.