REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana mengganti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi koperasi menuai kritikan dari banyak pihak, tak terkecuali dari dunia olahraga. Wartawan olahraga senior Mahfudin Nigara mengingatkan, BUMN sejak lama memiliki peran sangat besar dalam dunia olahraga nasional.
"Sejak era Pak Harto, BUMN sudah memiliki peran penting untuk dunia olahraga nasional," ujar Nigara saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (7/2/2024).
Nigara menyampaikan, Kementerian BUMN yang berdiri sejak 1973 awalnya merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen Keuangan. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami beberapa kali perubahan dan perkembangan.
Dalam periode 1973 sampai 1993, kata Nigara, unit yang menangani pembinaan BUMN berada pada unit setingkat eselon II. Awalnya, unit organisasi itu disebut Direktorat Persero dan PKPN (Pengelolaan Keuangan Perusahaan Negara). Selanjutnya terjadi perubahan nama menjadi Direktorat Persero dan BUN (Badan Usaha Negara). Terakhir kalinya pada unit organisasi setingkat eselon II, organisasi ini berubah menjadi Direktorat Pembinaan BUMN sampai 1993.
"Selain mensponsori kegiatan-kegiatan olahraga, BUMN pun tidak ragu menampung para atlet. Hebatnya, bukan hanya atlet nasional berprestasi, atlet nasional yang belum mampu meraih prestasi pun diberikan tempat terbaik," kata pria yang pernah menjabata sebagai Direktur Pembangunan dan Pengembangan Kompleks Gelora Bung Karno.
Nigara mencontohkan bomber sepak bola nasional, Sutjipto Suntoro, yang ketenarannya mampu mencapai Tokyo, Seoul, New Delhi, Bangkok, Malaysia, dan Singapura tercatat sebagai karyawan Bank Bumi Daya, padahal BUMN sendiri baru resmi berdiri 1973.
Begitu pun Wailan Walalangi, peraih emas Ganda Putra tenis, Asian Games 1982, Icuk Sugiarto juara dunia bulutangkis. Dari cabor karate, Elong Chandra sempat mentereng karirnya di Bank Mandiri. Begitu juga dengan Fredrick Lumanaw, karirnya cukup moncer di Kementerian BUMN. Sederet pemain PSSI Garuda-1: Marzuki Nyakmad, Patar Tambunan, Azhari Rangkuti, Aji Ridwan Mas, dan banyak lainnya berkarier di Bank BTN, BNI, dan BU.
"Ya, di BUMN-lah mereka melanjutkan kariernya hingga memasuki masa pensiun," sambung sosok yang lama menjadi pengurus PSSI dan KONI Pusat.
Contoh lain dalam dunia sepak bola, PSSI pada Kardono 1983-91, lahir Liga Galakarya atau event kompetisi antarperusahaan BUMN dan perusahaan swasta besar. Kegiatan ini pula yang dijadikan contoh oleh klub-klub profesional di Jepang serta Korea Selatan hingga berdirinya klub Matsushita, Hyundai, dan lainnya.