Senin 22 Apr 2024 18:12 WIB

M Nigara: Ini Penampilan Terindah Timnas Sepanjang Meliput Sepak Bola Indonesia Sejak 1980

Bukan sekadar mengalahkan Yordania U-23 4-1, Indonesia U-23 juga bermain cantik.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Pesepak bola Timnas Indonesia U-23 Witan Sulaeman berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Timnas Yordania U-23 pada Kualifikasi Grup A Piala Asia U-23 2024 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Ahad (21/4/2024). Indonesia berhasil mengalahkan Yordania dengan skor telak 4-1. Gol timnas Indonesia dicetak Marselino Ferdinan di menit ke-23 dan 70, Witan Sulaeman menit 40 dan Komang Teguh menit ke-86. Satu gol untuk Yordania merupakan gol bunuh diri pemain Indonesia Justin Hubner di menit ke-79. Atas hasil ini timnas Indonesia melaju ke fase gugur Piala Asia.
Foto: ANTARA FOTO/HO-PSSI
Pesepak bola Timnas Indonesia U-23 Witan Sulaeman berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Timnas Yordania U-23 pada Kualifikasi Grup A Piala Asia U-23 2024 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Ahad (21/4/2024). Indonesia berhasil mengalahkan Yordania dengan skor telak 4-1. Gol timnas Indonesia dicetak Marselino Ferdinan di menit ke-23 dan 70, Witan Sulaeman menit 40 dan Komang Teguh menit ke-86. Satu gol untuk Yordania merupakan gol bunuh diri pemain Indonesia Justin Hubner di menit ke-79. Atas hasil ini timnas Indonesia melaju ke fase gugur Piala Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wartawan sepak bola senior yang juga pemerhati olahraga Indonesia Mahfudin Nigara menilai kemenangan timnas Indonesia U-23 atas Yordania 4-1 pada laga Piala Asia U-23 bukan sekadar hasil luar biasa. Aksi Marselino Ferdinan dkk semalam baginya merupakan yang terindah sepanjang ia meliput sepak bola sejak 1980.

Dengan kemenangan di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Senin (22/4/2024) dini hari WIB, Indonesia lolos ke delapan besar Piala Asia U-23. Tim asuhan Shin Tae-yong itu  menghasilkan 6 poin dari dua kali menang atas Yordania (4-1) dan Australia (1-0), dan sekali kalah dari tuan rumah Qatar (0-2).

Baca Juga

Rizky Ridho dan kawan akan bertarung kembali Jumat (26/4/2024) di Stadion Al-Rayyan, Khalifa dengan juara Grup B Korea Selatan atau Jepang. Saat ini keduanya sama-sama mengantongi nilai enam. Uniknya baik Korsel maupun Jepang sama menang 1-0 dan 2-0. Korsel menang 1-0 atas UEA dan 2-0 atas China, sedangkan Jepang menang 1-0 atas China dan 2-0 atas UEA.

Bang Nig, sapaan akrab Nigara menambahkan, hasil ini merupakan langkah positif dan menjadi langkah yang sangat menjanjikan tentang kemajuan sepakbola Indonesia ke depan. Maklum, sepanjang sejarah adanya Piala Asia yang dimulai 1959 (yunior), catatan di bawah tahun 1980-an, kejuaraan hanya dibagi 2, senior dan junior, Indonesia hanya satu kali pernah menjadi juara.

Bob Hippy, Sony Sandra, Ipong Silalahi, Faisal Jusuf, Rasjid Dahlan, Idris Mapakaja, kawan-kawan, di bawah asuhan Djamiat Dhalhar, menjadi juara bersama dengan Burma (Myanmar, sekarang) pada 1961 dalam perhelatan ketiga.

Sejak itu, hingga Ahad (21/4/24) malam tadi, Indonesia baru kembali bisa bermimpi untuk meraih prestasi. Selama 63 tahun sejak 1961 itu, timnas kita selalu gagal. Banyak model pembinaan sudah dilakukan, tetapi hasil selalu kembali ke titik nol.

"Untuk itu, hasil yang kita capai saat ini sungguh perlu disyukuri. Keberhasilan masuk ke delapan besar ini adalah buah kerja semua pihak, tentu termasuk mereka yang selalu nyinyir terhadap PSSI dan STY. Dengan adanya teriakan mereka yang anti model naturalisasi, ada cambuk untuk meraih prestasi," kata Bang Nig.

Namun, iamengingatkan, kesuksesan melangkah ke delapan besar ini jangan pula ditanggapi secara berlebihan. Sebab, jalan masih panjang, berat, dan berliku. 

"Korsel atau Jepang calon lawan kita memiliki kualitas yang jauh di atas Qatar, Australia, dan Yordania," kata Bang Nig.

Meski demikian, lanjutnya kemenangan 4-1 atas Yordania sungguh bukan hanya kemenangan angka, tapi juga permainan. 

"Jujur, sepanjang sejarah meliput tim nasional sejak 1980- 2024, inilah tim dengan permainan terbaik. Marselino Ferdinan, Muhammad Fajar Fathur, Muhammad Ferrari, Justin Hubner, Rizky Ridho, Arhan Pratama, Nathan Tjoe-A-on, Ivar Jenner, Rafael Struick, Witan Sulaeman, begitu indah. Kepercayaan diri mereka begitu luar biasa. Mereka seperti para pemain yang sudah bertahun -tahundi dalam tim. Setiap gerakan, bisa saling mengantisipasi, sungguh mengagumkan. Sedikitnya ada 3-4 peluang lain yang bisa jadi gol," ulas Bang Nig yang juga merupakan pakar olahraga tinju ini.

Selain itu, Ernando Ari dan penggantinya Adi Satryo di bawah mistar, tak kalah mentereng. Sedikitnya enam peluang Yordania, empat kali dimentahkan Ernando dan dua kali diadang Adi. Keduanya memperlihatkan kelasnya.

"Ini juga yang jadi pembeda antara timnas sebelumnya (1980-2016) sepanjang pengamatan saya. Starting eleven dengan pemain pengganti tidak memiliki gap. Malah, STY dapat menggeser setiap pemain pada posisi yang diperlukan. Artinya, setiap pemain bisa bertukar posisi tanpa kehilangan makna," kata dia.

Dulu, ini berdasarkan pengalaman liputan dan pengamatan puluhan tahun, pemain inti dan pengganti memiliki kelas yang jauh. "Jika seorang pemain inti, sebutlah Bambang Nurdiansyah, ujung tombak kita cedera, maka penggantinya tidak memiliki ketajaman yang sama. Itu sebabnya pelatih selalu mengalami krsulitan yang luar biasa untuk menambalnya," kata Bang Nig.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement