REPUBLIKA.CO.ID, CHENGDU -- Tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting mengakui bahwa tak bisa mencari pola permainan yang tepat untuk mengatasi serangan-serangan dan tekanan Shi Yu Qi dalam laga final Piala Thomas 2024 pada Ahad (5/5/2024).
Ginting menyerah 17-21, 6-21 kepada Shi dalam laga di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium, Chengdu, China.
“Memang dari awal sampai selesai tidak bisa keluar dari tekanan yang Shi Yu Qi kasih. Mulai dari cara bermain, cara mengatasi kondisi dan situasi di lapangan, bagaimana mencari cara yang tepat," kata Ginting kepada wartawan usai pertandingan.
Peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu menilai kendati sempat mengejar lawan pada poin-poin kritis pada gim pertama, Shi bisa dengan cepat mencari cara untuk segera mengakhiri pertandingan dengan baik.
Tunggal putra peringkat tujuh dunia tersebut mengaku sebenarnya tidak ada tekanan yang ia rasakan untuk meraih poin.
Ia menyoroti faktor kecepatan dalam mencari solusi atas pola permainan yang diterapkan lawan, bukan karena atmosfer suporter tuan rumah.
“Lebih ke cara permainan saja. Dia bukan lawan yang gampang juga. Jadi (bukan karena tekanan penonton), tapi lebih ke bagaimana saya di lapangan, dari nonteknis seperti bagaimana caranya untuk tetap tenang, dan lainnya,” kata Ginting.
Setelah Ginting, segera bertanding Jonatan Christie dan Chico Aura Dwi Wardoyo, serta ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri.
Ini merupakan penampilan final Piala Thomas ke-22 bagi skuad Merah Putih, serta final ketiga mereka berturut-turut.
Piala Thomas terakhir dibawa pulang oleh tim putra Indonesia pada 2020 di Aarhus, Denmark. Kemenangan tersebut merupakan pencapaian yang sangat diapresiasi para penggemar bulu tangkis, karena Indonesia berhasil memboyong Piala Thomas dalam turnamen tersebut setelah puasa gelar selama 19 tahun lamanya.
Namun, pada edisi 2022, Indonesia keluar sebagai runnerup setelah kalah dari India.