REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--I Gede Widiade memutuskan mundur dari jabatan sebagai manajer Persebaya Surabaya karena merasa tidak nyaman berkecimpung di dunia sepak bola Indonesia. Dihubungi wartawan Senin (9/8), pengusaha Surabaya yang sukses di Jakarta ini, mengaku telah masuk dalam lingkungan yang salah dan penuh ketidakjujuran.
"Ayah saya tidak pernah mengajari saya `nyolong` (mencuri), tapi yang saya lihat di kompetisi sepak bola Indonesia hal itu justru banyak terjadi," ujarnya.
Pernyataan Gede Widiade itu terkait keputusan PT Liga Indonesia yang menjadwal ulang laga melawan Persik Kediri, kendati seharusnya Persebaya meraih kemenangan WO 3-0 karena Persik telah gagal menggelar pertandingan.
Bahkan, Gede Widiade mengambil keputusan berani dengan tidak menuruti instruksi PT Liga Indonesia untuk menjalani tanding ulang melawan Persik Kediri di Palembang, Ahad (8/8).
Akibat keputusan tersebut, Persebaya dinyatakan kalah WO 0-3 dan dipastikan terdegradasi ke divisi utama. Bahkan, tidak menutup kemungkinan Persebaya akan menerima sanksi dari Komisi Disiplin PSSI.
Gede Widiade ditunjuk Ketua Umum Persebaya Saleh Ismail Mukadar untuk menangani tim pada turnamen Piala Indonesia dan babak play off. Ia mengatakan, ketika ditawari untuk menjadi manajer, dirinya hanya peduli pada satu hal, yakni Persebaya."Saya ini asli Arek Suroboyo. Ketika diminta untuk memegang sesuatu (jabatan manajer Persebaya, red) yang tidak ada seorang pun mau, masak saya harus menolaknya," ujarnya.
Kendati sangat kecewa Persebaya dikerjai habis-habisan oleh PSSI, Gede Widiade mengaku tidak akan menyesal pernah menjadi manajer Persebaya. Ia menambahkan dalam waktu dekat akan menyerahkan jabatan manajer ke Ketua Umum Persebaya Saleh Ismail Mukadar, sekaligus menyampaikan laporan. "Untuk saat ini, chemistry sepak bola Indonesia kurang bagus buat saya," tegasnya.