REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Memanfaatkan momen iala AFF 2010, sekitar 20 orang mengatasnamakan Forum Suporter Indonesia (FSI) menggelar demo di Sekretariat PSSI, Senayan, Selasa (7/12). FSI menyampaikan empat butir pernyataan sikap, pertama bahwa aksi demo ini dilandasi hati nurani untuk kemajuan sepak bola Indonesia.
Kedua, FSI menuntut PSSI melaksanakan rekomendasi KSN (Kongres Sepak Bola Nasional) di Malang beberapa bulan lalu, termasuk butir ke delapan yang dihilangkan yaitu mebentuk Dewan Sepak Bola Nasional.
Ketiga, FSI meminta Nurdin Halid mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI dan sesegera mungkin untuk melaksanakan Kongres Luar Biasa. Pernyataan sikap terakhir, FSI menegasan bahwa bemenangan timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2010 bukan prestasi Nurdin Halid.
Demo FSI dipimpin Revo Syahputra. Mereka tiba pukul 17.00 WIB atau dua setengah jam sebelum laga Indonesia versus Thailand di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Sambil meneriakkan Nurdin Halid untuk mundur, mereka membentangkan spanduk berwarna merah berbunyi, "Timnas YES!!! PSSI & Nurdin NO!!! Turunkan Nurdin!!"
Aksi ini hanya berjalan sekitar 10 menit sebab para pengurus PSSI langsung bereaksi. Komite Wasit Togar Manahan Nero menarik spanduk tersebut namun mendapat perlawanan. Karena tidak bersedia membubarkan diri, Togar berteriak, "Bubar…bubar! Apa maksud kalian demo-demo di sini!”
Para suporter yang mayoritas remaja seperti tidak mendengarkan sambil terus meneriakkan 'Nurdin Turun'. Aksi ini sempat menarik perhatian para calon penonton yang sedang mengitari jalur joging. Pendemo akhirnya membubarkan diri karena tidak ingin terjadi bentrok. Akan tetapi, mereka berjanji datang dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
Beberapa jam sebelumnya, FSI mengirimkan dua karangan bunga bertuliskan 'Turut Berduka Cita Atas Matinya Sepak Bola Indonesia' dan 'Selamat dan Sukses Kongres Luar Biasa PSSI'.
Karangan bunga yang bertuliskan 'Turut Berduka Cita Atas Matinya Sepak Bola Indonesia' awalnya ditaruh di depan pintu masuk kantor PSSI sekitar pukul 15.20 WIB. Namun, pihak keamanan PSSI mengembalikannya kepada Nedi salah seorang kurir yang berasal dari toko bunga Amalia Florist, Rawa Belong, Jakarta Barat.
Nedi sempat menolak karena karangan bunga itu harus diterima PSSI agar mendapat pembayaran dari pihak pemesan. "Satunya Rp 350 ribu, dan satunya Rp 250 ribu. Rugi saya kalau PSSI tidak mau menerimanya. Sebab, pihak pemesan baru akan membayarkannya kalau pihak penerima sudah membubuhkan tanda tangan di tanda terima," kata Nedi.