REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Persiapan instan Indonesia tiap kali menjelang kejuaraan olahraga multieven memakan korban. Petenis kawakan nasional, Yayuk Basuki, menjadi salah satu korbannya karena dia masih diharuskan bermain di usianya yang sudah kepala empat.
"Saya merasa miris. Karena di usia 40 tahun, saya masih harus bermain,'' ujar Yayuk. ''Namun, itulah realita yang terjadi. Kita terlalu sering melakukan persiapan instan dalam menyambut multieven-multieven resmi seperti Asian Games dan SEA Games.''
Yayuk merasakan dampaknya persiapan instan ketika Indonesia akan tampil di Asian Games 2010 Guangzhou pada November lalu. Saat itu ia tiba-tiba ditunjuk untuk memperkuat tim tenis Indonesia karena belum siapnya pemain-pemain muda. Yayuk, yang dipasangkan dengan Jessy Rompies yang baru berusia 20 tahun, akhirnya tersingkir di babak perempat final ganda putri setelah kalah 4-6 dan 4-6 dari pasangan Taiwan Chang Kai-chen/Hsieh Su-Wei.
Pengamat olahraga nasional, Fritz Simandjuntak, mengusulkan agar pemerintah memiliki cetak biru olahraga Indonesia yang siap dilaksanakan oleh seluruh jajarannya dan pemerintah daerah. Dengan begitu, target Indonesia menjadi jelas tiap kali terselenggaranya kejuaraan olahraga multievent. Dia sendiri mengimbau target Indonesia adalah Asian Games dan Olimpiade.