REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gemuruh dukungan terhadap Indonesia terasa sempurna ketika Indonesia memastikan diri melaju ke final Piala AFF 2010 usai menundukan Filipina 1-0 lewat gol striker naturalisasi Christian Gonzales. Euforia kemenangan tidak hanya terjadi di dalam saja tetapi juga diluar.
Empat layar besar yang berada di penjuru utara, selatan, barat dan timur menjadi saksi bagaimana euforia itu berlangsung. Puluhan ribu penonton yang tidak memiliki tiket "tumplek blek" meramaikan layar besar yang disediakan panitia. Wal hasil, layar besar itu seolah menjadi stadion mini dadakan yang menarik magnet pecinta bola tanah air yang menjadi korban kesemrawutan tiket dan masyarakat yang memang hanya sekedar ikut-ikutan mencari suasana.
Prita, 23 tahun, warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan mengaku gagal mendapatkan tiket. Padahal sewaktu laga semifinal pertama, Prita berhasil mendapatkan tiket. Namun, kali ini Prita tidak beruntung. Walau tidak mendapat tiket, dirinya melihat ada layar besar yang mungkin bisa mengurangi rasa kesal."Iya mas, daripada saya tidak nonton. Lagian layar besar ini sudah cukup mirip dengan suasana di dalam," papar karyawan honorer, Kementerian Pekerjaan Umum ini kepada republika.co.id, Ahad (19/12).
Senada dengan Prita, Andri dan Sita pasangan asal Cibubur ini juga tidak memiliki tiket. Mereka berdua awalnya berniat nonton langsung tapi apa daya. Lantaran ketidaktahuan mengenai pemesanan tiket, mereka pun urung memasuki stadion. "Saya sempat berpikir untuk nonton bareng di Semanggi (plaza) tapi pasti penuh. Sudah terlanjur disini, apa boleh buat," kata Sita yang bergitu menikmati nonton bareng darurat.
Keberadaan layar lebar boleh dibilang memiliki peran penting guna menghibur penonton yang tidak kebagian tiket. Namun disayangkan, baru di semifinal kedua ini, layar besar menunjukan performa yang bagus. Berdasarkan pengamatan republika.co.id sebelumnya, tampilan layar selalu putus-putus. Ibarat sinyal ponsel, tampilan gambar seolah diluar jangkauan area.
Lantaran diadakan entah karena terpaksa atau tidak siap, panitia seolah menyiapkan layar besar asal ada. Tidak terlihat sedikitpun panitia yang mengatur atau paling tidak membuat penonton lebih teratur. "Payah nih panitia," kata seorang penonton. Tak ayal, rasa gemas terhadap layar besar kerap menjadi sasaran empuk botol bekas penonton.