REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Timnas Indonesia meminta jaminan kemanan para pemain kepada Federasi Sepakbola Malaysia (FAM). Malaysia dan Indonesia akan bertemu pada leg pertama final Piala AFF Ahad (26/12) di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Permintaan ini dilakukan menyusul perang psikologis (psy-war) yang terjadi di dunia maya jelang laga bersejarah tersebut.
"Kami meminta mereka (FAM) agar memberikan jaminan kepada kita, sama seperti yang kita lakukan saat mereka bermain di sini 1 Desember lalu. Saat itu kami memberikan pelayanan penuh kepada mereka," ujar Asisten Manajer Timnas Indonesia, Iwan Budianto, saat dihubungi Republika Selasa (21/12) malam.
Iwan menceritakan, Selasa (21/12) kemarin, tim advance yang dipimpin oleh Sekjen PSSI, Nugraha Besoes, telah berangkat ke Kualalumpur, Malaysia. Tim akan berkoordinasi dengan FAM dan KBRI Malaysia untuk mempersiapkan pengamanan saat laga.
Salah satu yang menjadi perhatian PSSI, kata Iwan, adalah kemungkinan penggunaan sinar laser oleh para suporter Malaysia di stadion. Pada leg pertama semifinal menghadapi Vietnam lalu, para suporter Malaysia mengganggu konsentrasi kiper Vietnam dengan sinar laser hijau sehingga melakukan blunder yang berujung pada gol Malaysia. "Selain itu tim advance juga memesan hotel yang paling representatif serta bisa digunakan khusus untuk rombongan timnas," ujar Iwan.
Menjelang laga final, terjadi perang psikologis di antara suporter kedua belah pihak melalui dunia maya. Selain ancaman suporter Malaysia untuk kembali menggunakan laser, juga terdapat ancaman untuk mengejek saat lagu kebangsaan Indonesia dikumandangkan di Bukit Jalil. Hal tersebut disebabkan perilaku serupa yang dilakukan suporter Indonesia saat partai pertama lalu.
Atmosfer laga juga dibakar unsur politis mengingat publik kedua negara kerap berselisih dalam banyak hal. Belum lagi sejarah perselisihan kedua negara pada zaman Soekarno. Timnas akan berangkat ke Malaysia pada Jumat pagi (24/12) dengan sebuah pesawat carteran melalui Bandara Halim Perdanakusumah.