REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat sepak bola, Ari Junaidi, mengatakan bahwa bupati dan walikota semestinya berterima kasih kepada pengusaha Arifin Panigoro yang telah membidani Liga Primer Indonesia. Karena, LPI telah menyelamatkan bupati dan walikota tersebut dari jeratan hukum.
''Sebenarnya Arifin Panigoro membidani LPI karena ingin menyelematkan teman-temannya yang menjadi bupati dan wali kota lepas dari jeratan hukum dengan tidak mengucurkan APBD ke klub-klub sepak bola peserta kompetisi PSSI,'' kata Ari.
Uang rakyat, kata Ari, jangan sampai digunakan untuk kegiatan sepak bola yang selalu rusuh. PSSI harus mengadopsi LPI yang mengharamkan klub pesertanya menggunakan dana APBD. Dengan larangan mengucurkan dana APBD ke klub sepak bola, maka klub peserta kompetisi PSSI nantinya semakin sedikit dan terseleksi secara alami.
Sementara anggota Komisi X DPR RI, Dedy "Miing" Gumelar, menyatakan bahwa kucuran APBD untuk klub-klub sepak bola dilarang sejak 2007. "Ini harus diingatkan kepada bupati dan wali kota bahwa sejak 2007, dilarang mengucurkan APBD untuk klub-klub sepak bola," katanya.
Dedy mengatakan, hingga kini diperkirakan masih ada pemerintah daerah yang mengucurkan anggaran ke klub-klub sepak bola di daerahnya. "Dengan alasan apapun, termasuk asalan pembinaan olahraga sekalipun, kebijakan itu dilarang, tidak boleh lagi," katanya.
Dia mengemukakan, kucuran APBD ke klub-klub sepak bola berpotensi menimbulkan persoalan hukum di kemudian hari. "KPK perlu menelusuri kucuran dana APBD ini ke klub-klub sepak bola," katanya. Untuk menghindari persoalan hukum, kata anggota Fraksi PDIP DPR RI itu, kebijakan tersebut harus dihentikan.
Dia menyatakan, meski ada kucuran dana APBD, tetapi prestasi sepak bola tetap memprihatinkan. Bukan hanya sepak bola, tetai juga prestasi cabang olah raga lainnya. Yang lebih memprihatinkan, kata dia, pembinaan olahraga di tingkat remaja saat ini bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Bahkan melalui jalur pendidikan pun dihentikan sama sekali.
"Pembinaan di tingkat remaja dihentikan. SGO, IKIP dibubarkan. Padahal dari sekolah-sekolah itu bibit prestasi bisa dibina dan calon pelatih olahraga bisa menimba ilmu lebih mendalam mengenai teori dan praktik," katanya.