REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan Ketua Umum Persija Selatan Hariman Siregar menyatakan, pihak Imigrasi seharusnya mendeportasi pemain-pemain asing yang bermain di kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) karena tidak memiliki kartu izin tinggal sementara (Kitas). "Imigrasi memang harus mendeportasi pemain-pemain asing yang tidak memiliki izin tinggal. Tangkap saja mereka, itu tugas imigrasi tanpa harus didorong oleh PSSI," kata Hariman yang dihubungi wartawan di Jakarta, Kamis.
Ia juga menilai, Depnaker harus menjalankan tugasnya, mengapa pemain pemain asing itu bisa bermain tanpa memiliki izin kerja. Menurut Hariman, hal ini tak perlu meresahkan pengurus PSSI, karena sudah ada hukum negara yang mengaturnya.
Sebelumnya, dalam diskusi bertajuk "Pemain Asing dan dampaknya bagi Olahraga Profesional di Indonesia" di Jakarta, pekan lalu, dari BOPI terungkap bahwa pemain pemain asing yang bermain di LPI terancam dideportasi karena tidak memiliki dokumen layaknya pemain profesional. Dalam Diskusi itu, pihak Ditjen Imigrasi yang diwakili Kasubdit Dokumentasi Perjalanan, Visa dan Fasilitas Keimigrasian, Amirullah, mengatakan bahwa 60 pemain asing LPI sama sekali tak memiliki Kitas.
Pada kesempatan yang sama, Ditjen Binapenta Kemenakertrans Edy Purnomo menambahkan bahwa 60 pemain asing LPI sama sekali tak memiliki izin kerja dari instansinya. Izin kerja dari pemain asing akan diberikan kalau ada rekomendasi dari PSSI, berarti pemain-pemain asing yang ada di LPI berstasus ilegal.
Soal keluarnya dua surat FIFA yang diterima PSSI tanggal 9 Februari dan 10 Februari yang berisi dukungan terhadap sanksi yang dijatuhkan PSSI ke LPI, mantan Ketua Umum PSJS Jakarta Selatan ini menilai wajar-wajar saja. Statuta FIFA yang diacu oleh anggota-anggotanya di seluruh dunia tak mengenal adanya liga di luar federasi atau asosiasi sepakbola.
Hariman mengatakan, sebaiknya pengurus PSSI tidak menyikapi keberadaan LPI (Liga Primer Indonesia) dengan serius karena akan menghabiskan energi saja. "Masih banyak pekerjaan berat yang harus diselesaikan PSSI yang membutuhkan keseriusan," katanya.
Mantan Ketua Umum Persija Selatan itu justeru melihat permasalahan LPI sebagai masalah kecil. "LPI kelasnya samalah dengan Turnamen PWI atau turnamen-turnamen lain yang diselengarakan masyarakat. Sayapun bisa bikin turnamen, Anda juga bisa bikin, lalu buat apa kita pusing," kata tokoh Malari yang juga Ketua Dewan Pakar PSSI ini.
Menurut Hariman, masyarakat olahraga pun tahu kalau LPI itu bukan liga seperti halnya Indonesia Super League (ISL). Tak diakui FIFA dan PSSI. Masalah yang dianggap Hariman soal kecil ini akan selesai jika Kongres PSSI tanggl 26 Maret nanti sudah menghasilkan pimpinan baru. "Mau diapakan LPI ya bagaimana Ketua Umum yang baru nanti," katanya.