REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Ratusan suporter dari berbagai daerah menyerbu kantor pusat PSSI yang terletak di Pintu X Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (22/2). Mereka menyerukan revolusi di tubuh PSSI serta mendesak PSSI mencopot Nurdin Halid dari bursa calon ketua umum PSSI periode 2011-2015.
Aksi dimulai pada pukul 12 siang oleh sekitar 200 massa Boromania, suporter Persibo Bojonegoro. Beberapa jam kemudian, sebanyak 250 massa dari Semarang yang mengatasnamakan masyarat sepakbola Semarang bergabung meramaikan aksi tersebut.
Massa menyanyikan yel-yel, di antaranya nyanyian menuntut Nurdin Halid turun dari jabatannya. "Kami datang ke sini membawa aspirasi. Aspirasi kami Nurdin Halid harus mundur," adalah salah satu yel yang dinyanyikan orang-orang tersebut.
Massa tersebut juga menempelkan spanduk di pagar kantor PSSI. Sebanyak 63 orang aparat kepolisian dari Polda Metro Jaya telah bersiaga sejak pagi di kantor PSSI.
"Kami datang ke sini untuk menyelamatkan sepakbola nasional. Pertama, kami mendesak dilakukannya reformasi di tubuh PSSI. Yang kedua kami meminta supaya Nurdin Halid segera turun dari ketua umum PSSI. Karena di bawah kepemimpinannya, prestasi Indonesia terpuruk," ujar Ketua Harian Boromania, Prianto Jasmo.
Koordinator rombongan Masyarakat Sepakbola Semarang, Nur Amin, menyatakan memiliki tujuan yang sama dengan suporter lainnya, yakni meminta PSSI mencabut Nurdin dari bursa pencalonan ketua umum PSSI. Nurdin jelas-jelas melanggar Statuta FIFA yang menyatakan seorang ketua umum asosiasi tidak pernah dinyatakan bersalah atas tindakan kriminal.
Nur Amin menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan kelompok-kelompok suporter lain dari Surabaya, Solo, dan Yogyakarta. Kelompok-kelompok tersebut rencananya baru akan bergabung pada Rabu (23/2) besok. "Kami akan menginap di sini setidaknya selama dua hari. Kami berharap masalah yang timbul terkait bursa calon ketua umum segera diselesaikan. Jika tidak, kami akan terus berada di sini," ujarnya.
Koordinator Revolusi Merah Putih, Zen Ahmad, mengatakan aksinya ini baru merupakan aksi awal. Aksi puncak, kata dia, baru akan terjadi Rabu (23/2) di mana massa dari Surabaya, Bandung, Kediri, Palembang, dan Balikpapan akan bergabung di kawasan Gelora Bung Karno. "Aksi ini tidak ada kaitannya dengan pencoretan nama George Toisutta dan Arifin Panigoro. Aksi ini lebih besar dari itu. Karena, kami telah terus menyerukan Nurdin Halid agar turun dari jabatannya sejak tahun 2007 lalu," kata Zen.