REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--gubernur Jawa Timur Soekarwo menyampaikan ancamannya kepada pemerintah daerah untuk mencabut penggunaan dana APBD untuk membiayai tim sepak bola.
"Kalau sepak bola tidak bisa menjamin keamanan dan ketenteraman di daerah, saya akan mencabut APBD yang digunakan untuk membiayai klub," katanya kepada para kelompok suporter tim sepak bola di Mapolda Jatim, Jalan A Yani, Surabaya, Selasa.
Menurut dia, sepak bola bisa menjadi komoditas industri, kalau suporternya damai dan tenteram. Bahkan, dia tidak mengharamkan fanatisme suporter sepak bola. "Memang suporter sepak bola harus fanatik. Tidak boleh suporter sepak bola 'ngantukan' karena suporter itu merupakan pemain kedua belas dalam tim sepak bola," ucapnya dalam pertemuan dengan pimpinan suporter tim sepak bola itu.
Namun, Gubernur menyatakan tidak suka kepada suporter yang sikapnya tidak sportif dan selalu membuat kekacauan, sehingga mengakibatkan keresahan di tengah masyarakat. Gubernur pun tidak menginginkan suporter sepak bola telantar dan kelaparan di suatu daerah.
"Makanya kami kumpulkan suporter ini, kami ingin masukan. Bagaimana enaknya suporter berangkat dan pulang dengan selamat serta tidak 'keleleran' di jalan," ujarnya didampingi Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti dan Panglima Kodam V/Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo itu.
Sementara itu, koordinator Aremania (julukan suporter fanatik Arema Malang), Marhes, dalam pertemuan tersebut mengatakan, sebenarnya antarsuporter tim sepak bola di Jatim sudah ada kesepakatan damai. " Benturan itu terjadi di tingkat akar rumput. Tidak ada masalah antara kami dengan siapa pun," kata dedengkot Aremania yang sebelumnya sempat menolak menghadiri pertemuan tersebut.
Pertemuan di ruang Mahameru Mapolda Jatim itu dihadiri 157 orang yang mewakili 13 klub dan koordinator suporter sepak bola, baik di ajang Liga Super Indonesia, Liga Primer Indonesia, maupun Divisi Utama.
Ke-13 kelompok suporter itu merupakan pendukung fanatik tim sepak bola Arema Malang, Gresik United, Persipro Probolinggo, PSBI Blitar, Persela Lamongan, PSMP Mojokerto, Metro FC Malang, Persibo Bojonegoro, Persema Malang, Persik Kediri, Deltras Sidoarjo, Persebaya 1927 Surabaya (LPI), dan Persebaya (Divisi Utama).
Pertemuan tersebut menghasilkan delapan kesepakatan bersama, yakni 1) suporter wajib junjung tinggi sportivitas; 2) suporter wajib menjaga keamanan sekitar selama pertandingan berlangsung; 3) suporter wajib berkoordinasi dengan aparat keamanan.
Kesepakatan 4) suporter dilarang membawa spanduk dan meneriakkan yel-yel berbau rasial; 5) suporter tidak boleh berlaku anarkhisme; 6) antarsuporter harus saling berkoordinasi; 7) mengimbau media massa untuk menyajikan berita yang berimbang tentang suporter; dan 8) kesepakatan tersebut wajib disosialisasikan kepada para suporter di tingkat akar rumput.
Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti menyatakan kesepakatan tersebut akan dievaluasi setiap tiga bulan sekali. "Jadi, tiga bulan lagi kita mengadakan pertemuan seperti ini lagi," katanya sebelum menutup pertemuan tersebut.
Pertemuan tersebut juga dihadiri bupati/wali kota serta pejabat pemerintah daerah dari tim-tim sepak bola. Pihak PT Kereta Api juga dihadirkan dalam pertemuan itu.
Sementara itu, Wali Kota Tri Rismaharini menyempatkan diri berbaur dengan para Bonekmania, julukan suporter fanatik Persebaya, dalam pertemuan itu. "Jangan emosi kalau usul. Biasa saja. Pasti didengar oleh beliau-beliau," katanya kepada salah seorang Bonekmania yang dijumpainya di luar tempat pertemuan.