Ahad 29 May 2011 01:37 WIB

Analis: Kekejaman Irama Barcelona adalah Perpaduan Manis antara Seni dan Sains

Pep Guardiola-Jose Mourinho
Foto: AP
Pep Guardiola-Jose Mourinho

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi mata awan, permainan menyerang ala Barcelona layaknya kaleideskop, di mana para pesepak bola bertalenta tinggi dalam klub tertuang ke seluruh ruang di lapangan, mengalir ke sudut mana pun yang memungkinkan. Menurut pengamat bola Inggris, Paul Hayward, dalam kolomnya di Guardian, tak seperti Arsenal, para pakar di klub Catalan itu memiliki pengendusan tajam.

Permainan Barca yang mengalir maju adalah buah disiplin ketat terhadap sistem grid, sehingga begitu mereka kehilangan bola, seluruh tim sudah siap dalam posisi untuk merebut kembali.

Manchester United, ujarnya, akan menghadapi seni organisasi tingkat tinggi di Wembley nanti, kreatifitas yang terstruktur. Sang pelatih Barcelona, Pep Guardiola, memang dikenal dengan retorikanya yang berbunyi, semua pemain dalam tim bertanggung jawab untuk berlaga demi menghibur dan harus memiliki hasrat bermain cerdas.

Namun dalam fase sejarah klub--yang dapat dirunut dari awal berdirinya hingga disebut Tim Impian 1992--Guardiola telah memberi dimensi yang menjadi antitesis rumusan Johan Cruyff.

Murid-murid Guardiola di Barca diajari untuk melihat lapangan sebagai medan yang terbagi dalam delapan kotak, yang seluruhnya wajib dikuasai. Melihat area kosong, segera, pemain Barca akan meluncur ke ruang itu, membatasi pilihan lawan yang tengah menguasai bola.

Bahkan ketika mereka menyerang, mereka akan terus menyebar memastikan setiap ruang terisi untuk bertahan. Lalu dari belakang, prosentase tertinggi manuver maju akan dimulai dari Víctor Valdés, sang penjaga gawang, atau Gerard Piqué yang dijuluki Franz Beckenbauer-nya Barca. Sosok-sosok tadi meningkatkan rasio penguasaan bola dalam pertandingan Liga Champions dari 61.1% pada 2006-07 menjadi 73.3% di musim ini.

Sergio Busquets adalah tokoh starter sekaligus penghenti lain dari manuver Barca. "Peran saya adalah pulang dan pergi di antara garis bertahan dan menyerang untuk memastikan bola beredar dengan baik dan cepat. Sering kali posisi maju mundur inilah yang mengawali permainan," papar Busquets.

"Saat bertahan, saya juga menjadi penengah antara empat pilar kami di belakang dan gelandang dan saya mencoba menandai area dan menekan sehingga saya bisa mengisolasi penyerang lawan dari lini tengah. Saya pemain tim yang harus banyak bekerja dan mengorbankan diri demi kesuksesan grup."

Atmosfer menakjubkan permainan Barcelona bukanlah sulap, melainkan perhitungan matematis. Ia lahir dari aura Camp Nou. Lewat kecerdikan Lionel Messi, Xavi Hernández and Andrés Iniesta, Barça telah meraup jutaan fans fanatik yang merentang dari penjuru dunia.

Kedatangaan Jose Mourinho sebagai musuh besar di Spanyol yang terkenal mematikan di lapangan, dan diakui superior di zamanya, tetap tak membuat fans menghilangkan kewajiaban bagi klub untuk memenangkan piala kesohor laga antar klub Eropa itu setiap tahun. Sebuah harapan yang luar biasa menjadi beban berat bagi Guardiola.

Perlu disimak, Cruyff mahir dalam memainkan sosok sebagai bapak spiritual di tradisi Barca selama 30 tahun. Begitu menyoal saat kali pertama klub menjadi juara liga klub Eropa di Wembley pada 1992, Guardiola tetap menghargai Cruyff, "Mereka adalah pioner dan kami tak bisa bersaing dengan kala itu berapa pun jumlah tropi yang kami bawa pulang," ujar Guardiola rendah hati.

"Kami tidak pernah setara dengan periode Tim Impian, mengingat mereka yang pertama kali memecah kebuntuan panjang tanpa sukses. [Louis] Van Gaal, [Frank] Rijkaard dan saya memang telah menambah catatan dalam sejarah, tapi semua itu tidak terjadi tanpa Tim Impian."

Tapi kekalahan menghancurkan dari Milan 4-0, di Athena saat era Cruyff pada 1994, adalah trauma yang sepertinya tak pernah dialami Guardiola. Pasalnya saat ini kerja pertahanan tim begitu bersemangat. Para pelatih kampiun klub-klub Eropa memandang bahwa Barca akan 'menggondol' balik bola dari tim lawan yang berusaha merampas pola permainan cantik mereka. Arsene Wenger bahkan menyebut permainan Barca layakanya "dominasi steril".

Manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson berkata, "Guardiola telah menciptakan filosofi berbeda untuk Barcelona. Saya pikir era Cruyff telah meletakkan fondasi seluas yang bisa mereka gunakan dalam permainan dan kini mereka menggunakan seluruh ukuran lapangan. Bila anda tengok gelandang mereka selama 20 tahun terakhir, mereka selalu kecil. Tapi saat ini yang berubah adalah bobot pressure dalam area ketika mereka mempertahankan dan menekan lawan yang menguasai bola. Inilah hal baru yang diusung Guardiola dalam tim."

"Tim modern saat ini memiliki penguasaan dan kontrol terhadap permainan, sehingga jauh lebih banyak detail yang diperlukan dalam persiapkan pralaga," ujar mantan pemain Barca dan pemain bertahan Chelsea, Albert Ferrer. "Tim kali ini begitu solid, begitulah anda seharusnya bila ingin bergabung di tim modern. Dalam era lama Tim Impian lebih banyak elemen fantasi, lebih banyak improvisasi. Kami mungkin menjebol gawang dengan lima gol tapi juga membiarkan kemasukan tiga gol."

Filosofi pendidikan terbaru Barca mungkin terangkum dalam sebuah wawancara dengan Xavi yang berkata, "Berpikir cepat, cari ruang-ruang kosong. Itu yang saya lakukan, lihat sekitar. Setiap hari. Saya selalu melihat dan mencari, setiap hari, setiap hari. Di sini? Tidak, Disana? Bukan. Orang-orang yang tak pernah bermain susah menyadari dan membayangkan betapa sulitnya itu. Ruang, ruang, ruang. Seperti dalam PlayStation. Saya berpikir, sial, ada pemain bertahan di sini, begerak ke sana. Saya melihat ruang kosong dan mengoper. Itulah yang saya lakukan."

Paul menulis, untuk menciptakan kenikmatan dalam bermain, mereka harus membunuh lawan. Ada cekikan kekejaman dalam seni mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement