Senin 15 Aug 2011 09:32 WIB

'Preman' Liga Inggris

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Didi Purwadi
Joey Barton (dua kiri), pemain Newcastle United, terlibat perkelahian dengan pemain Arsenal, Gervinho, di laga perdana Liga Primer Inggris.
Foto: AP/Scott Heppell
Joey Barton (dua kiri), pemain Newcastle United, terlibat perkelahian dengan pemain Arsenal, Gervinho, di laga perdana Liga Primer Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON - Wajah Joey Barton memerah. Bibirnya tidak henti melayangkan makian. Dia menundukkan badan, sementara tangannya mulai mencengkram tubuh Gervinho yang terjatuh di kotak penalti.

Menerima perlakuan kasar dari Barton, Gervinho tidak terima. Dia segera bangit dari rumput Stadion St James Park di kota Newcastle. Amarahnya sontak berkecamuk begitu mendengar Barton tidak henti melayangkan umpatan kepadanya.

Tangan Gervinho menjulur, coba membalas perlakuan kasar Barton terhadapnya. Tarik meraik terjadi. Pergumulan dua pria yang dibakar emosi tercipta dihadapan 40 ribu penonton .

Di saat emosi mencapai batas tertinggi, sebuah layangan tangan Gervinho meluncur ke wajah Barton.  Layangan bogem pemain asal Pantai Gading itu mendarat tipis di sisi kiri kepala Barton.  

Mendadak Barton tersungkur mengerang kesakitan. Dalam hitungan beberapa detik Barton tak terbangun. Wasit segera menghampiri kedua pemain yang berkelahi. Keputusan penting langsung diambil sang pengadil.

Bukan hitungan satu.. dua..  tiga… yang diambil layaknya seorang wasit tinju, tapi hadiah kartu merah dia berikan sebagai pertanda tidak adanya toleransi kekerasan di lapangan hijau. Gervinho, penyerang yang menjalankan debutnya bersama Arsenal, harus menerima kenyataan mendapat kartu merah di pekan pertama Liga Premier Inggris.

Biang Ribut

Sebuah momen perkenalan yang kurang baik bagi Gervinho akan sepak bola Liga Inggris. Liga sepak bola yang dipenuhi duel antar pemain, bentrok fisik, dan emosi.

Selain karakter keras permainan, Gervinho pun berkesempatan mencicipi ulah brutal dari pemain paling kontroversial di Inggris, Joey Barton. Pemain Newcastle ini tercatat sebagai biang keributan baik di dalam dan luar lapangan. Tercatat pemain kelahiran 2 September 1982 pernah tiga kali masuk penjara akibat ulahnya itu.

Di lapangan hijau, sanksi larangan bermain ibarat sebuah rutinitas baginya. Salah satunya ketika memukul rekan satu timnya saat berkostum Manchester City, Ousmane Dabo.

Akibat ulah brutalnya itu, Barton lebih menyerupai seorang preman yang merumput di lapangan Liga Inggris. “Saya ingin dinilai karena permainan saya, bukan karena hal lain,” ujar Barton yang gerah disebut sebagai 'Bad Boy' Liga Inggris seperti dikutip Goal.com.

Namun, perkataan Barton itu terhapus sendiri oleh perbuatan miringnya yang terus menerus dilakukan. Jauh sebelum kejadiannya dengan Gervinho, Barton pernah berulah dengan memukul dada pemain Blackburn, Morten Pedersen. Dia beruntung  tidak dikartu merah akibat perbuatannya itu.

Kendati lolos dari wasit, Barton tidak bisa berkelit saat FA memutar kembali videonya sehingga sanksi harus dia terima pasca laga melawan Blackburn. Hal yang sama kini berpotensi terjadi diri Barton usai laga kontra Arsenal yang berkesudahan 0-0.

Terancam Sanksi

Walau Gervinho yang dapat sanksi di lapangan, namun Barton terancam terkena jerat hukum akibat provokasinya.  FA kini menyelidiki rekaman video di laga Newcastle kontra Arsenal di pekan pertama.

Barton pun terancam kembali jadi pesakitan. Janjinya untuk mengerem polemik dan tampil baik, dia langgar hanya dalam hitungan pekan. Tidak pelak, dia terancam memperpanjang rekor brutalnya di lapangan hijau yang telah mengoleksi 39 kartu kuning dan tiga kartu merah.

Capaian miring ini masih ditambah hukuman penjara selama 77 hari dan enam bulan kerja sosial. “Dia tidak bisa terus bermain bola dengan gayanya seperti itu,“ ujar legenda Newcastle, Alan Shearer, mengomentari prilaku Barton kepada BBC.

Apa yang dilakukan Barton tidak hanya membuatnya mendapat label hitam di lapangan, namun di kehidupan sehari-hari. Amerika Serikat bahkan harus menolak visa kunjungan Barton akibat catatan “premanisme” sang pemain yang pernah memperkuat Everton dan Manchester City itu.

“Saya tidak masalah dengan itu. Saya justru sedih dengan sikap Amerika yang hanya melihat seseorang dari satu sisi,” ujar Barton ketika menomentari pencekalannya ke Amerika Serikat dalam sesi pra-musim Newcastle.

Ingin Insaf

Dari hati kecilnya, Barton mengaku sudah gerah dengan predikat dan polemik yang terus menderanya. Dia mengaku memang memiliki sikap kasar sejak masa kanak-kanak. Latar belakang keluarganya yang hanya berasal dari kelas pekerja di Merseyside, membuat Barton akrab dengan perkelahian dan kenakalan remaja.

Latar belakang lingkungan itu ditunjang peceraian sang kedua orang tua saat dia menginjak bangku sekolah. Barton sempat coba menyalurkan emosi dan bakat remajanya dengan menjadi seorang atlet rugby. Tapi, kecintaannya terhadap sepak bola, mengubah suratan hidupnya.

“Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Dan, butuh kesempatan kedua untuk menebus kesalahan itu,” ujar Barton berkeluh di catatan biografinya.

Barton bukan lagi butuh kesempatan kedua untuk menghapus aksi yang sudah kesekian-kalinya itu. Tapi, khusus perselisihannya dengan Gervinho, Barton yakin berada di posisi yang benar. Dia tidak butuh kesempatan untuk meminta maaf

“Semua orang tidak suka dengan pembohong. Dan, dia (Gervinho) berbohong dengan pura-pura terjatuh di kotak penalti,” ujar Barton di jejaring sosial Twitter, menjelaskan awal pemantik terjadinya perkelahian di laga Newcastle versus Arsenal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement