Kamis 25 Aug 2011 09:32 WIB

Nasionalisme di Atas Lapangan Hijau

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Didi Purwadi
Timnas Indonesia
Timnas Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Filsuf Roma kuno, Lucius Annaeus Seneca pernah berujar:“Seorang pria mencintai negaranya bukan karena negaranya hebat. Tapi, karena itulah satu-satunya yang dia miliki.” Begitu Seneca mengartikan sebuah konsep nasionalisme.

Seneca saat itu tidak mengetahui betapa luas dan makmurnya Roma saat itu. Roma yang kala itu jadi penguasa bumi. Tidak ada televisi, dunia maya, atau kabar berita yang membuatnya cinta pada negara.

Tapi, keyakinan dan emosi hati mampu mengikat fisik dan batin Seneca dengan Roma. Dia pun siap mati demi membela tanah tumpah darahnya.

Walau dalam ruang dan kurun waktu yang berbeda, sejumlah putra bangsa Indonesia siap bertarung jiwa dan raga demi Ibu Pertiwi. Kehormatan bangsa di atas lapangan sepak bola siap dibela, sekalipun tuntutan kehidupan pribadi senantiasa menghampiri.

Siap 'Berperang'

Adalah 23 pemain tim nasional sepak bola Indonesia yang siap angkat koper menuju Yordania dan Iran untuk “berperang” memperebutkan tiket ke putaran final Piala Dunia 2014. Keberangkatan mereka akan mengorbankan hajat besar pribadi pemain yakni berlebaran Idul Fitri dengan keluarga.

Saat masyarakat akan melantunkan takbir, tahlil, dan tahmid menyambut datangnya hari suci bersama keluarga, pemain timnas justru sedang mengarungi samudera dari Yordania menuju Teheran. “Ya, ini merupakan kenyataan bagi para pemain bahwa harus berlebaran di negeri orang,” ujar Ketua Komite Tim Nasional, Bob Hippy, kepada Republika.

Tapi, kenyataan ini tidak membuat Bambang Bamungkas, Firman Utina, ataupun 21 pemain lain surut melangkah. Waktu beridul fitri dengan keluarga siap mereka korbankan demi harapan 240 juta anak bangsa yang menanti kejayaan sepak bola Indonesia.

Nasionalisme Seorang Hariono

Sebuah pelajaran tentang rasa nasionalisme juga diberikan seorang Hariono. Masih dalam suasana kemerdekaan Indonesia, Hariono dan 10 pemain timnas lain tampil di sebuah laga persahabatan melawan Palestina.

Indonesia tertinggal  satu gol di babak kedua. Di tengah kebuntuan, Hariono mendapat sebuah peluang untuk menyamakan kedudukan  bagi Indonesia. Sebuah peluang yang sarat resiko karena bek Palestina siap menerjang bola dengan kakinya. Tapi, tekad Hariono tidak surut.

Dia jangkau bola dengan kepala yang bersamaan dengan ayunan kaki pemain Palestina. Bola berhasil dia jaringkan ke jala, namun kepala Hariono secara tidak sengaja terkena tendangan pemain lawan.

Indonesia bersorak. Hariono tidak sadarkan diri dengan darah yang membasahi kepala. Sebuah pengorbanan dia lakukan demi harga diri bangsa.

Hariono memang harus berakhir di meja perawatan dengan enam jahitan di kepala, namun perjuangannya mampu menginspirasi kemenangan meyakinkan Indonesia 4-1. “Hariono mendapat enam jahitan di kepala. Tapi, dia siap tampil di partai berikutnya melawan Yordania,” begitu pernyataan Media Officer timnas.

Tugas Mulia

Apa yang diperlihatkan Hariono jadi bukti. Sekalipun berdarah-darah, jiwa seorang anak bangsa sejati tidak akan pernah surut membela tanah Ibu Pertiwi. Darah justru menjadi perlambang “merahnya” keberanian bangsa. Keberanian yang ditunjang putihnya hati untuk terbang ke Yordania dan Iran saat Idul Fitri.

Timnas Rabu (23/8) lalu telah meninggalkan Jakarta untuk menunaikan tugas mulianya. Keberangkatan yang diliputi sejumlah permasalahan yakni mundurnya Ian kabes dan Boaz Solossa akibat alasan pribadi. Selain itu, Ricardo Salampessy dan Ahmad Bustomi juga terpaksa absen akibat cidera.

“Memang tim ini mengalami masalah cidera dan mundurnya sejumlah pemain. Tapi, kita masih punya pemain lain yang siap turun,” kata pelatih timnas Indonesia, Wim Rijsbergen.

Apapun kondisinya, 23 anak bangsa siap berjuang demi kehormatan bangsa. Bagaimanapun hasil akhir yang mereka petik begitu pulang ke Jakarta, apresiasi tinggi pantas tersemat di bahu mereka.

Apresiasi atas sikap 23 pemuda dari berbagai wilayah di Nusantara yang rela berkorban demi bangsa yang hanya ada satu di hati mereka: Indonesia….

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement