REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia (APPI) Ponaryo Astaman menegaskan bahwa larangan pemain memperkuat tim nasional Indonesia hanya karena bermain di kompetisi yang tidak dikelola PSSI telah meresahkan dan merugikan pemain.
"Larangan itu jelas meresahkan dan merugikan pemain. Bagaimana pun angan-angan setiap pemain sepak bola di klub adalah menjadi pemain nasional," ujar Ponaryo Astaman di Jakarta, Selasa (13/12).
Ponaryo mengatakan kompetisi ISL selama ini telah berjalan sebagai kompetisi level tertinggi di Tanah Air, di mana ia sendiri telah belasan tahun bermain di beberapa klub yang tergolong papan atas sehingga ia pun pernah memperkuat Timnas.
Namun dengan adanya larangan dari PSSI bagi pemain yang bernaung di ISL untuk memperkuat Timnas, ia mengaku sangat prihatin dan terpanggil menunjukkan sikapnya ke PSSI.
Sikap tersebut diungkapkan langsung kepada Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin dalam pertemuan di Jakarta pada Selasa malam.
Dalam pertemuan itu APPI menyampaikan tiga tuntutan kepada PSSI yang intinya menyikapi larangan PSSI bagi pemain yang bermain di klub ISL untuk memperkuat timnas Indonesia.
APPI, menurut dia, meminta kepada PSSI untuk memberikan kebebasan kepada pelatih Timnas untuk memilih pemain terbaik untuk tim nasional tanpa membedakan pemain ISL dan Indonesian Premier League (IPL) yang dikelola oleh PSSI.
Tuntutan kedua adalah pemain yang berada di luar kompetisi IPL hasil seleksi pelatih dimasukkan dalam
permohonan khusus kepada FIFA disertai alasan agar mendapat persetujuan dari FIFA.
Sedangkan tuntutan ketiga adalah PSSI mengumumkan dan memberikan salinan keputusan dari FIFA kepada APPI sebagai agar dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk para pemain.
"Jadi kami melihat sebenarnya masih ada celah yang dapat dilakukan PSSI untuk memanggil pemain yang berada di luar kompetisi mereka. Kami sudah mengajukan ketiga poin tersebut kepada PSSI," ujar Ponaryo Astaman seraya menambahkan usulan tersebut sesuai dengan isi Statuta FIFA Pasal 79.