Senin 05 Mar 2012 14:12 WIB

Pasca-Dibantai Bahrain, SBY Minta Pengurus PSSI Introspeksi

Rep: Esthi Maharani/ Red: Djibril Muhammad
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat memberikan keterangan pers soal Partai Demokrat di kediaman pribadi Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (5/2).
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat memberikan keterangan pers soal Partai Demokrat di kediaman pribadi Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku prihatin dengan pertandingan antara Timnas Indonesia saat melawan Bahrain pada pekan lalu. Ia pun meminta agar pengurus alias PSSI introspeksi atas pertandingan tersebut. "Lakukan introspeksi," katanya dengan tegas saat memberikan keterangan pers di kantor presiden, Senin (5/3).

Meski mengaku tak menonton pertandingan Indonesia versus Bahrain, tetapi Presiden SBY mengaku langsung mencari tahu ada apa di balik pertandingan yang membuat Indonesia kalah 0-10. "Kenapa kalahnya luar biasa telak," tanyanya.

Ia mendengar adanya perilaku wasit yang tidak baik mencuat pasca pertandingan tersebut. Jika Indonesia merasa keberatan, maka ia menyarankan untuk menempuh jalur yang disediakan federasi sepak bola internasional, FIFA.

Tetapi, jika menyangkut ketidaksiapan timnas, maka hal tersebut menjadi urusan PSSI. "Karena, saya lihat yang lainnya bagus luar biasa perjuangan anak-anak kita (pemain sepak bola)," katanya.

Ia menyakini semua aspek sepak bola Indonesia memiliki potensi dan memiliki peluang yang besar untuk bangkit. Jangan sampai, semangat sepak bola yang sedang melanda rakyat dibuyarkan karena perselisihan dan pertengkaran yang dinilainya telah melukai perasaan rakyat.

"Rakyat ingin olah raganya maju, semangat dan dukungan kepada tim sepak bola juga sedang tinggi. Tiba-tiba harus menerima keadaan seperti itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement