REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Hijab atau jilbab yang dikenakan pesepakbola muslimah kembali dipermasalahkan. Kali ini pelakunya seorang wasit yang menolak memimpin pertandingan antara Petit-Bard Montpellier kontra Narbonne dalam sebuah kompetisi sepak bola wanita regional di Languedoc-Roussillon, selatan Perancis, Ahad (18/3). Pasalnya, seorang pemain Petit-Bard Montpellier bertanding menggunakan hijab.
Seperti dilansir AFP, Senin (19/3), pertandingan tersebut merupakan partai penentuan promosi dari Liga Languedoc-Roussillon. Namun, akibat insiden ini, maka kelanjutan laga menjadi simpang siur.
Padahal, penolakkan wasit tersebut bertentangan dengan keputusan lembaga tertinggi sepak bola dunia (FIFA) yang memutuskan untuk mempersilahkan pesepakbola muslim mengenakan hijab.
Keputusan itu diambil pada kongres komisi yang menangani masalah ini yang digelar di Surrey, Inggris. Larangan pengenaan jilbab, yang diberlakukan sejak Maret 2007, akhirnya dicabut.
"Kami mau memberi kesempatan kepada semua perempuan di seluruh dunia agar bisa bermain bola," kata Sekjen FIFA Jérôme Valcke.
Usul untuk mencabut larangan jilbab berasal dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan akhirnya mendapat dukungan dari persatuan sepak bola dari Asia dan Afrika.
Sebelumnya, FIFA memang memiliki kebijakan untuk melarang pemain dalam sebuah tim mengenakan hijab. FIFA berkilah, penggunaan hijab tak aman bagi sang pemain.
Tak pelak, kebijakan tersebut menjadi sorotan. Bahkan, PBB mendesak FIFA untuk mencabut larangan tersebut. Menurut PBB, klaim FIFA sangat tidak berdasar dan hanya mendiskriminasi pemain yang memeluk agama Islam. Terlebih pada olahraga lain, tidak ada larangan seperti itu.
Pada tahun lalu, impian tim nasional wanita Iran untuk berlaga di Olimpiade 2012 harus pupus. Kenyataan ini terjadi karena para pemain Iran menolak untuk bermain tanpa mengenakan hijabnya.