REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gelandang Gresik United asal Iran, Marwan Sayedeh resmi mencabut laporan aksi pemukulan yang dilakukan pemain Persib Zulkifli Syukur sekaligus melakukan perdamaian yang digelar di ruang Satreskrim Polrestabes Bandung, Jumat.
"Saya mencabut laporan kejadian itu akibat kesalahpahaman, semuanya sudah selesai," kata Marwan Sayedeh seusai keluar dari ruangan.
Pencabutan laporan aksi pemukulan yang dialaminya itu juga mencabut laporan terhadap pelaku dari tim pengamanan pemain Persib Bandung yang mengakibatkannya mengalami luka di bagian kening.
Marwan Sayedeh hadir untuk melakukan pencabutan laporan yang dilakukannya dua hari lalu dengan didampingi Asisten Manajer Gresik United. Sedangkan dari pihak Persib Bandung, H Umuh Muhtar hadir bersama Ketua Panpel Pertandingan Persib Ruri Bachtiar. Mereka bertemu di ruangan Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Widjonarko.
Marwan menandatangani surat pencabutan laporan, selain itu Zulkifli yang tiba belakangan juga melakukan penandatanganan dalam nota perdamaian itu. Keduanya berangkulan dan saling memaafkan.
"Dengan pencabutan ini, maka kedua pemain berdamai dan masalahnya tuntas secara kekeluargaan. Ini menjadi pelajaran dan diharapkan tidak terjadi lagi di kemudian hari," kata Manajer Persib Bandung, H Umuh Muhtar.
Sementara itu Kasatreskrim Polrestabes Bandung, Widjonarko menyebutkan pencabutan laporan Marwan itu merupakan bentuk perdamaian dalam penyelesaian kasus yang terjadi seusai pertandingan Persib melawan Gresik United itu.
"Dengan pencabutan laporan itu maka masalahnya diselesaikan secara kekeluargaan. Itu hak pelapor untuk mencabut laporannya, kami hanya memfasilitasi mereka," kata Widjonarko.
Ia menyebutkan, hasil pendalaman kasus itu adalah kesalahpahaman antara Zulkifli dengan Marwan di akhir babak kedua, sehingga terjadi bentrokan fisik. Beberapa saat kemudian, terjadi insiden yang dilakukan oleh pengamanan tim Persib. Dengan pencabutan itu, maka kasus tersebut dianggap selesai oleh kedua pihak.
"Perdamaian ini bisa kami pahami, dan kejadian itu jadi pelajaran. Namun bila kasus serupa terulang lagi di luar ranah pertandingan, maka kami tidak akan memberi toleransi karena hal seperti itu bisa memicu reaksi yang lebih besar dari penonton," kata Widjonarko.