REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teguh Setiawan (wartawan Republika)
Persoalan lain yang dihadapi industri sepak bola Spanyol adalah kecenderungan terjadinya duopoli seperti yang terjadi di Liga Skotlandia. Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan di La Liga hanya melibatkan Barcelona dan Real Madrid.
Kecenderungan duopoli terlihat sejak 2004 atau setelah Velancia di bawah Rafael Benitez menjuarai La Liga karena setelah itu persaingan di klasemen hanya memperlihatkan Real Madrid dan Bar celona. Dalam tujuh tahun terakhir, Bar celona meraih lima gelar dan Real Madrid dua. Musim ini, Real Madrid ke mung kinan menjadi juara dengan Barcelona sebagai runner-up.
Selisih angka antara Real Madrid dan Barcelona sampai pekan terakhir hanya tujuh. Tapi, selisih angka antara Barce lona dan Valencia, tim di posisi ketiga, mencerminkan perbedaan kasta yang sangat mencolok. Keduanya berjarak 26 angka.
Pers Spanyol melihat jika situasi ini berlanjut, industri sepak bola Spanyol tidak lagi menarik karena hanya laga yang melibatkan Barcelona dan Real Madrid yang akan ditayangkan televisi dan disaksikan masyarakat dunia. Laga lainnya, misalnya, Valencia versus Malaga, atau Osasuna versus Getafe, tidak akan dilirik siapa pun. Stadion juga akan makin sepi karena gene rasi baru fans sepak bola cenderung melihat ke klub yang kompetitif.
Di Skotlandia, situasi seperti ini terjadi bertahun-tahun. Orang Skotlandia hanya mengenal dua klub, Glasgow Rangers dan Glasgow Celtic. Lainnya, macam Aberdeen, Motherwell, Dundee United, dan lainnya, tidak dilirik fans. Mungkin pelaku industri sepak bola Spanyol dan Skotlandia tidak menghendaki adanya duopoli. Kompetisi La Liga sebelum 2004, misalnya, tidak memperlihatkan kecenderungan itu. Saat itu, publik Spanyol masih bisa menyaksikan tim seperti Deportivo La Coruna, Atletico Madrid, dan Valencia menjadi juara.
Pertanyaannya, mengapa duopoli terjadi?
Di Skotlandia, duopoli dipicu oleh sentimen keagamaan, Celtic adalah klub masyarakat Katolik, Rangers milik ma sya rakat Protestan. Manajemen kedua klub menggunakan semua cara, meminjam uang untuk membeli pemain bintang agar mereka bisa bersaing dan menjadi juara.
Duopoli Liga Skotlandia memperlihatkan sisi buruknya dalam beberapa pekan terakhir. Rangers bangkrut dan kini berada dalam pengawasan pengadilan. Otoritas Liga Skotlandia mengenakan hu kum an pemotongan 10 poin yang menyebabkan Celtic dipastikan juara musim ini.
Di Spanyol, duopoli terjadi oleh rivalitas historis Katalan-Mad rid. Rivalitas ini tidak hanya terjadi di sepak bola, tapi juga arena politik. Popular Partido dan PSOE seakan tidak pernah saling kritik soal investasi tak efisien yang dila kukan masing-masing klub.
Bahkan, kedua partai disinya lir mendorong kedua klub mene ken penandatanganan pakta nonagresi. Artinya, Real Madrid tidak akan berupaya mendapatkan pe main Barcelona, begitu pula sebaliknya. Pakta ini muncul setelah kasus kepindahan Luis Figo dari Barcelona ke Real Madrid.
Skotlandia mungkin kesulitan mengatasi duopoli. Spanyol sebetulnya tidak. Sepak bola Spanyol bisa membuka diri terhadap investor asing. Malaga telah melakukannya dengan mengundang investor Qatar. Hasilnya, kinerja Malaga membaik dan kini sedang bersaing meraih zona Liga Champions.
Namun, publik Spanyol tidak menghendaki ada klub lain di La Liga yang jatuh ke tangan investor asing. Sandro Rosell, presiden Barcelona, menuduh investor asing datang ke Spanyol karena tidak ada lagi klub Inggris yang bisa dibeli.
Rosell lebih suka peserta kompetisi La Liga dikurangi dari 20 menjadi 16 atau mungkin 18 agar pembagian hak siar televisi bisa lebih merata. Namun, dia tidak menyinggung kemungkinan Bar celona dan Real Madrid mendapat perlakuan khusus dalam perun dingan hak siar dengan sejumlah perusahaan televisi.
Rosell secara tidak langsung masih menghendaki terjadinya duopoli. Jika sikap ini tidak be rubah, Liga Spanyol akan semakin tak menarik karena orang hanya menunggu laga yang melibatkan Barcelona dan Real Madrid. Serta, tidak ada peluang bagi tim lain untuk menjadi juara La Liga.