REPUBLIKA.CO.ID, Jose Maria Gay, profesor ekonomi dan keuangan Universitas Barcelona, mengatakan, sepak bola Spanyol sangat luar biasa. “Anda harus angkat topi untuk ini semua,” ujarnya.
Namun, masih menurut sang profesor, sepak bola Spanyol adalah cerminan ekonomi negara saat ini. Spa nyol, lanjutnya, kini diambang resesi dan terjerumus ke situasi yang di alami Yunani, Portugal, dan Irlan dia. Spanyol butuh dana talangan luar biasa besar. “Banyak klub berada dalam bahaya terhapus dari peta sepak bola domestik dan Eropa karena pelindung dari semua itu sudah tidak ada lagi,” ujarnya.
Real Madrid dan Barcelona boleh saja masih menjadi klub terkaya, dengan revenue 695 juta euro dan 653 juta euro. Namun, semua itu tidak berarti apa-apa bagi kelangsungan industri sepak bola. La Liga diikuri 20 klub, tapi hampir setiap tahun persaingan hanya milik orang Spa nyol—yang diwakili Real Madrid— dan orang Katalan.
Publik sepak bola dunia relatif hanya menunggu pertandingan keduanya dan mengabaikan laga klubklub lainnya. Valencia, Atletico Mad rid, Sevilla, dan Villarreal, misalnya, tidak bisa lagi bersaing di papan atas dan menjadi kekuatan alternatif. Miguel Cardenal, menteri Olah raga Spanyol, mengatakan, tidak akan ada perlakuan khusus bagi klub-klub yang menunggak utang pajak dan tercekik utang bank. Meski demikian, katanya, pemerintah akan menawarkan solusi.
“Sangat tidak mungkin menagih seluruh pajak terutang kepada klub klub La Liga dan Segunda Division,” ujar Cardenal. “Solusinya adalah kami harus melakukan penghapusan utang pajak sebagian.”
Solusi ini mungkin lebih bisa diterima. LFP, penyelenggara liga sepak bola Spanyol, juga bisa menerima solusi ini. Meski demikian, penghapusan pajak sebagian itu tidak akan banyak membantu klub-klub yang benar-benar tidak bisa bayar. “Hanya ini solusinya. Jika kami ha rus menerapkan langkah disfungsi atau membekukan kompetisi, persoalannya akan menjadi rumit,” kata Cardenal.
La Liga memiliki nilai komersial tinggi. Penghentian kompetisi atau mengeluarkan klub-klub tertentu dari kompetisi akan membuat citra industri sepak bola Spanyol akan rusak. Satu hal lagi, masih menurut Car dela, menghentikan kompetisi akan menimbulkan chaos. Sepak bola terbukti ampuh mengalihkan perhatian masyarakat dari kesulitan ekonomi.
“Perhatikan bagaimana setiap orang fokus menunggu, menyaksikan, dan membicarakan laga Real Madrid ver sus Barcelona,” ujar Cardenal. Ia juga mengatakan, memaksa klub membayar pajak terutang atau membangkrutkan enam klub yang tidak lagi memiliki kemampuan membayar sangat berbahaya. Saat ini, pengangguran mencapai 23 per sen, sebagian besar adalah fans sepak bola.
Jika satu dari enam klub dibangkrutkan, fans pasti akan marah dan potensi kerusuhan sosial di jalan jalan menjadi tinggi. Bayangkan pula jika enam klub dibangkrutkan, berapa ribu fans yang kehilangan tim kesayangannya, dan itu adalah bahaya. “P merintah tidak ingin dipersalahkan,” ujar Cardenal.
Juan Carlos Santamaria, juru bicara Liga Spanyol, mengatakan, ada sejumlah paket rencana yang akan diperkenalkan untuk menyelamatkan situasi ini. Pertama, membentuk komisi yang bertugas mengontrol belanja klub dan membaca laporan keuangan klub.
“Klub harus dikontrol agar me reka tidak seenaknya menghabiskan pendapatan untuk belanja dan melupakan kewajiban membayar cicilan utang dan bunganya,” kata Santa maria. Cardenal mengatakan, paket peny lamatan yang ditawarkan pemerintah adalah menjadwalkan kembali semua utang klub dan meminta kreditur memperpanjang jangka waktu pembayaran. Paket ini lebih realistis dan diharapkan pada 2020 masalah utang klub teratasi.
Semua klub La Liga dan Segunda Division mungkin akan menerimanya, tapi UEFA tidak akan menoleransinya. Artinya, ketika Financial Fair Play diberlakukan, klub tidak sehat—alias berutang sedemikian besar—tidak akan boleh tampil di perhelatan antarklub Eropa, Liga Champions dan Liga Eropa.