Jumat 18 May 2012 06:30 WIB

Bougherra, Pesepakbola yang Menolak Tanding Lawan Israel (1)

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Hazliansyah
 Wilton Figueiredo (tengah) berebut bola dengan pemain Rangers, Majid Bougherra (kanan) dan Lee McClulloch (kiri).
Foto: AP Photo
Wilton Figueiredo (tengah) berebut bola dengan pemain Rangers, Majid Bougherra (kanan) dan Lee McClulloch (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, RANGERS -- Namanya memang tidak setenar pemain sepakbola Muslim lainnya seperti Edin Dzeko, Mesut Ozil, Samir Nasri, maupun Karim Benzema. Namun dalam urusan menyebarkan syiar Islam di Benua Biru, pemain Muslim ini tidak kalah dalam beraksi. Dia adalah Madjid Bougherra.

Kandidat pemain terbaik Afrika 2010 ini adalah bek timnas Aljazair. Pernah merumput di daratan Inggris, sekarang ia berlabuh di klub Lekhwiya, Qatar. Kalau para pemain Muslim dikenal dengan ketaatan dalam menjalankan perintah agama, maka pemain kelahiran Longivic, Prancis, 29 tahun lalu itu bertindak lebih ekstrem dalam menjunjung nama Islam di Eropa.

Pemain yang taat menjalankan agama itu memilih memperjuangkan nasib saudaranya di Palestina yang hingga kini belum menghirup udara bebas.

Kisah Bougherra hampir mirip dengan striker Sevilla, Frederic Kanoute, yang pernah merayakan gol dengan membuka jersey klub. Dia ingin menunjukkan pesan kepada dunia tentang perlunya tindakan penyelamatan Negara Palestina dari invasi Israel.

Namun Bougherra bertindak lebih berani. Periode Januari 2009, ketika masih memperkuat Glasgow Rangers, dalam sebuah pertandingan dia memaksa mengenakan gelang hitam sebagai bentuk protes terhadap aksi militer Israel di Gaza.

Pemain yang didatangkan Rangers dari Charlton Athletic seharga 2,5 juta poundsterling atau sekitar Rp 36,5 miliar itu berencana menggelar demo saat pertandingan melawan Falkirk di Ibrox Stadium. Tujuannya adalah ingin menunjukkan kepada dunia tentang aksi pengobatan terhadapan tindakan barbar militer Zionis kepada bangsa Palestina.

Rencana itu diketahui manajemen klub, dan pemilik Rangers segera memveto langkah Bougherra. Pasalnya, kalau sampai hal itu dilakukannya di tengah lapangan maka dipastikan ia melanggar aturan FIFA. Dalam statuta FIFA, pemain dilarang membuat pernyataan politik di lapangan.

Wasit yang memimpin laga bisa melarang Bougherra ikut bermain. Namun dia kukuh dan telah bersumpah sebelumnya bahwa tidak akan takut dihukum oleh otoritas sepakbola Skotlandia maupun FIFA.

Bougherra mengatakan. “Sebagai seorang Muslim, saya sangat tersentuh dengan kebiadaban yang telah diderita oleh saudara saya di Palestina,” kata dia dikutip laman Heraldscotland. “Pembunuhan itu harus dihentikan karena mungkin ada pembantaian dan bahkan genosida,” tambah dia.

sumber : heraldscotland
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement