REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pelatih Paris Saint Germain, Carlo Ancelotti, tidak berharap bantuan dari Tuhan, saat timnya berupaya meraih gelar juara Liga Prancis untuk pertama kalinya sejak 1994.
PSG akan menghadapi pertandingan terakhir Liga Prancis pada Minggu, dengan tertinggal tiga poin dari pemuncak klasemen, Montpellier, dan Ancelotti lebih tertarik untuk berfokus pada perjalanan timnya ke Lorient daripada mengharapkan intervensi Tuhan.
"Saya seorang Katolik, namun saya pikir Tuhan memiliki hal-hal lain untuk dipikirkan selain PSG," kata Ancelotti pada Sabtu, ketika ditanyai apakah ia akan menggunakan hal-hal supranatural untuk menghalangi Montpellier meraih gelar juara.
"Secara obyektif, kami tidak memiliki banyak kesempatan, untuk mendapatkan kemungkinan (kami berharap dapat memenangi gelar), pertama-tama kami harus menang namun Lorient memerlukan poin (untuk menghindari degradasi)," papar pria Italia ini.
Untuk dapat meraih gelar juara liga, PSG memerlukan kemenangan di Lorient, yang dikombinasikan dengan kekalahan Montpellier yang berhadapan dengan tim yang sudah terdegradasi, Auxerre.
"Dapatkah Auxerre menolong kami? Semua pertandingan sulit, satu (pertandingan) terakhir bahkan merupakan yang paling berat, Auxerre tidak memiliki beban, bagi Montpellier itu tidak akan menjadi lebih mudah, Montpellier lebih memiliki kualitas, lebih banyak motivasi, namun sepak bola adalah hal aneh," tutur Ancelotti.
"Namun kami harus tidak memikirkan Auxerre, satu-satunya kesempatan kami, adalah untuk menang atas Lorient, dan setelah itu kami akan melihat apa yang terjadi di Auxerre," imbuhnya.
Ketika ditanyai apakah ia akan mendukung Auxerre, mantan pelatih Juventus, AC Milan, dan Chelsea ini merespon dengan menyatakan bahwa ia akan lebih memilih untuk berkata, "Hidup PSG."