REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rakhmat Hadi Sucipto/Wartawan Senior Republika
Liga Champions Eropa bisa jadi masih menjadi kompetisi terhebat di dunia, baik dilihat dari sisi bisnis maupun manajemen. Kompetisi ini melibatkan seluruh klub di Eropa yang memenuhi kualifikasi. Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) secara manajemen sudah sangat rapi hingga mampu mengatur jadwal pertandingan secara teratur.
Kompetisi ini berhasil menarik perhatian pemirsa tidak hanya di Eropa, tetapi juga di seluruh dunia. Seluruh pertandingan mulai dari babak playoff hingga final disiarkan oleh lebih dari 70 negara dan dikomentari lebih dari 40 bahasa setiap tahun. Diperkirakan lebih dari 100 juta pasang mata menyaksikan pertandingan ini melalui layar televisi.
Bahkan pada final Liga Champions musim 2009-2010, jumlah penonton Liga Champions diperkirakan mencapai 109 juta orang. Angka ini untuk pertama kali jauh melampaui jumlah penonton NFL Super Bowl yang hanya mencapai 106 juta pasang mata sebagai event olahraga tahunan yang paling banyak ditonton di dunia.
UEFA menjual hak siar televisi dalam paket tiga musim sekaligus dan juga ada paket variasi lainnya bagi para peminatnya. Penjualan tersebut ditawarkan untuk siaran TV berbayar maupun tak berbayar ( free TV channel) di bawah perjanjian UEFA dan Uni Eropa. Model penjualan hak siaran lainnya adalah dengan sistem pay-per-view.
Chelsea menjadi klub yang paling banyak merasakan kenikmatan dari penjualan hak siar televisi Liga Champions, mengalahkan klub-klub besar lainnya. The Blues meraih 27 juta euro (Rp 324 miliar) dari TV disusul oleh MU sebanyak 25,9 juta euro (Rp 310,8 miliar) dan Barcelona de ngan 20,3 juta euro (Rp 243,6 miliar).
Mungkin klub-klub lain akan belajar dari strategi pasar Chelsea di ajang Eropa. Meski terhenti di babak perempat final, kenyataannya klub milik Roman Abramovich ini bisa mengalahkan sang juara dalam perolehan dana segar dari hak siar televisi. Secara keseluruhan, bisnisnya bagus. Meski bukan klub paling kaya di dataran Eropa, Chelsea bisa mengelola pendapatan dari seluruh kompetisi dengan baik. Buktinya, hak siar TV menyumbang 41 persen pendapatan, selain dari penjualan tiket (32 persen) dan hak komersial lainnya (27 persen).
Chelsea bisa menembus sang jawara. Final Liga Champions 2009-10 menciptakan sejarah baru sebagai olahraga yang paling banyak ditonton.Televisi menjadi mangnitudo bagi yang mendekatinya. Sepak bola memang candu yang asyik.