Selasa 29 May 2012 04:13 WIB

Disuntik Uang Banyak, Sepak Bola Rusia Masih Melempem?

Pemain timnas Rusia, Roman Shirokov, melakukan latihan sambil bercanda saat menjalani sesi pemusatan pelatihan di Moskow, Rusia, Ahad (20/5).
Foto: AP/Mikhail Metzel
Pemain timnas Rusia, Roman Shirokov, melakukan latihan sambil bercanda saat menjalani sesi pemusatan pelatihan di Moskow, Rusia, Ahad (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW---Sepak bola Rusia mungkin telah mendapatkan suntikan puluhan ribu rubel pada beberapa tahun terakhir, namun para penggemar masih harus menanti klub mereka meraih prestasi di Eropa, dan timnasnya menjadi penakluk dunia.

Rusia, yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 berkat proyek ambisius Presiden Vladimir Putin, tidak berani banyak berharap pada Euro 2012 dengan anggota tim yang berusia tua, yang gagal menembus Piala Dunia 2010.

Hanya sedikit pihak yang berharap Rusia dapat mengulangi kejayaan pada 1960 ketika Uni Soviet menjuarai kejuaraan Eropa, saat mereka masih diperkuat beberapa nama legendaris seperti kiper Lev "laba-laba hitam" Yashin dan penyerang Viktor Ponedelnik.

Baik Uni Soviet maupun Rusia tidak pernah lagi menjadi juara sejak saat itu. Upaya terbaik mereka adalah penampilan Uni Soviet di final kejuaraan Eropa 1964, 1972, dan 1988, dan peringkat keempat di Piala Dunia 1966.

Kini kompetisi domestik Rusia telah berubah dalam setengah dekade terakhir, dengan disuntikkan uang dalam jumlah besar dan kepemilikan pribadi klub yang telah membawa gelombang baru kedatangan talenta-talenta dan pelatih asing pada sepak bola Rusia.

Dampak dari membanjirnya pemain asing ke Liga Rusia, membuat pihak berwenang memberlakukan kebijakan kontroversial, yakni kewajiban memainkan lima pemain pemegang paspor Rusia dalam setiap pertandingan.

Jajaran pemain asing di Liga Rusia saat ini, termasuk pemain Pantai Gading, Seydou Doumbia, pemain Irlandia, Aiden McGeady, dan Danny dari Portugal.

Setelah perombakan di sektor pelatih pada akhir musim, lima dari delapan klub papan atas Rusia akan ditangani pelatih asing pada musim depan.

Uang dari perusahaan gas negara, Gazprom, telah mengubah Zenit Saint Petersburg dari klub 'biasa-biasa saja' yang lebih populer karena pendukung fanatiknya, menjadi juara Piala UEFA 2008.

Sebagai klub yang dikenal sebagai 'jawaban' Rusia terhadap Manchester City yang kaya raya, Anzhi Makhachkala, yang sebelumnya merupakan klub tidak ternama dari Kaukakus, kini bertabur bintang setelah diambil alih oleh Suleyman Kerimov pada 2011.

Dengan puluhan juta dolar yang disuntikkan ke klub tersebut, Kerimov memboyong pemain-pemain bintang, dari Roberto Carlos asal Brazil, sampai penyerang Kamerun, Samuel Eto'o, dan juga mengincar pelatih asal Belanda, Guus Hiddink, untuk memimpin rencana besar mereka menaklukkan Eropa. Dengan banyaknya uang tersebut, apa yang mungkin salah dengan sepak bola Rusia?

Poin kritik dialamatkan pada kekeliruan dalam mengelola sepak bola, di atas segalanya adalah disintegrasi pelatihan pemain muda di akar rumput yang runtuh bersamaan dengan kejatuhan Uni Soviet.

"Terdapat cukup banyak anak-anak yang berbakat, dengan gerakan yang benar. Namun masalahnya adalah kami telah lupa bagaimana untuk mengerjakannya," kata pelatih veteran Rusia, Gennady Kostylev, kepada surat kabar Sport Express. "Pada masa Soviet terdapat sistem yang bagus terhadap persiapan yang telah memberikan hasil."

Isu terpanas di sepak bola Rusia adalah permintaan dari klub-klub papan atas yang dipimpin oleh CSKA dan Zenit, untuk melonggarkan peraturan mengenai pemain asing, kebutuhan yang menurut beberapa komentator dipicu karena minimnya pemain Rusia yang berbakat.

"Bagaimana hal itu terjadi pada dekade terakhir - di saat uang yang banyak diberikan pada klub - apakah sistem (pembinaan) pemain muda tidak bekerja?" tanya editor sepak bola dari Sovetsky Sport, Tevgeny Lovchev.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement