REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ribuan Bonek mania mengiringi proses pemakaman Purwo Adi Utomo, korban kericuhan antara suporter dengan aparat kepolisian yang terjadi pascapertandingan Persebaya melawan Persija di Stadion Gelora 10 November, Surabaya pada Minggu (3/6).
Isak tangis dari keluarga serta kerabat korban mengiringi proses pemakaman mulai dari rumah duka di Jalan Babadan Rukun VI/3 hingga ke Tempat Pemakaman Umum Asem Jajar, Senin siang.
"Kami mohon maaf atas semua kesalahan yang pernah dibuat almarhum dan terima kasih kepada semua pihak yang telah peduli. Semoga tidak ada lagi kejadian serupa," ujar Ayah Korban, Yudianto, di sela sambutan proses pemakaman.
Selain ribuan bonek mania, hadir juga dalam proses pemakaman beberapa pemain Persebaya, seperti kapten tim Erol Iba, Andik Vermansyah, Mat Halil, Rendi Irawan, Taufik, dan Dedi Iman. Hadir juga Manajer Persebaya Saleh Hanifah ditemani Pelatih Divaldo Alves serta asistennya Ibnu Graham yang memberikan penghormatan terakhir.
Beberapa rekan sekolah dan guru dari SMK Negeri 5 juga hadir. Tidak sedikit dari mereka yang tak kuasa menahan air matanya karena merasa kehilangan sosok korban yang dikenal pendiam.
Korban merupakan anak tunggal pasangan Yudianto dan Ratna Susilowati. Menurut paman korban, Setyo Waluyo, semasa hidup korban dikenal pendiam dan tidak banyak tingkah. Bahkan setiap pergi, korban selalu pamit ke orang tuanya.
"Saya mendapat kabar Minggu petang kalau keponakan saya meninggal dunia usai menontong Persebaya. Selama hidupnya, korban tidak macam-macam dan dikenal pendiam," tuturnya.
Sesuai hasil otopsi, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Tri Maryanto menjelaskan bahwa kematian korban akibat kekurangan oksigen. "Dari hasil otopsi yang dilakukan tim dokter, kematian korban karena kekurangan dan kehabisan oksigen. Tidak ada kontak fisik sedikit pun dengan aparat," kata dia.
Kericuhan antara suporter Persebaya dengan polisi pecah ketika pertandingan telah berakhir. Konsentrasi kericuhan terjadi di tribun ekonomi sisi selatan. Polisi beberapa kali menembakkan gas air mata untuk menghalau massa.
Menghindarinya, ratusan bonek berebut turun ke pintu keluar. Tak sedikit dari mereka terjepit, baik perempuan maupun anak-anak. Tidak hanya itu saja, puluhan bonek harus mendapat perawatan medis dan sebuah mobil patroli milik Sabhara Polrestabes Surabaya dirusak massa.