Rabu 20 Jun 2012 07:00 WIB

Perkembangan Sepakbola (V) Mazhab Tiki-taka

Rep: teguh setiawan/ Red: M Irwan Ariefyanto
nathan dyer
Foto: ap
nathan dyer

REPUBLIKA.CO.ID,Rodgers adalah sarjana sepak bola. Ia mempelajari semua mazhab sepak bola, dari yang usang sampai terkini. Ia mengikuti perkembangan mazhab sepakbola menyerang, dan berbagai variannya. Ia membaca semua teori sepakbola, dan menciptakan teorinya sendiri.

“Saya selalu ingin mengendalikan permainan, dan bertanggung jawab atas takdir saya sendiri,” ujar Rodgers ketika ditanya mengapa dirinya memiliki tiki-taka. “Jika Anda memiliki kesempatan menguasai bola 79 per sen, cukup alasan bagi Anda untuk memenangkan laga. Jika Anda tidak mampu menguasai bola selama mungkin, Anda hanya memiliki sedikit peluang untuk menang.”

Tiki-taka, masih menurut Rodgers, mengajarkan pemain menguasai bola selama mungkin sebelum melepas umpan ke jantung pertahanan lawan dari berbagai posisi. Mazhab ini memungkinkan pemain depan memperoleh umpan berkualitas, dan menghasilkan gol bermutu tinggi.

“Tiki-taka membutuhkan satu set pemain dengan kualitas tertentu, tapi juga template yang memungkinkan pemain bergerak sepanjang laga,” demikian Rodgers. “Swansea berusaha menjiplak apa yang diperlihatkan Spanyol dan Barcelona.”

Menurut Rodgers, template adalah segalanya bagi organisasi permainan. Ketika menguasai bola, seorang pemain harus tahu pola gerakan, fluiditas, rotasi, dan posisi semua rekan. Saat kehilangan bola, pemain cepat mengorganisir diri untuk bertahan.

Swansea memiliki mekanisme default, yang membuatnya sulit dikalahkan. Mereka juga memiliki cara memainkan tempo permainan, dengan memainkan bola dari kaki ke kaki secara perlahan, seraya melihat celah di pertahanan lawan.

“Tiki-taka adalah permainan tim. Barcelona memainkan tiki-taka, sehingga sulit bagi siapa pun untuk mengatakan bahwa Lionel Messi adalah pemain individu,” kata Rodgers. “Di Swansea, saya memiliki Nathan Dyer.”

Kepada Sunday Telegraph, Rodgers secara rinci menuturkan strategi bermainnya. Ia membagi lapangan ke dalam delapan zone. Pembagian ini amat penting untuk menyugesti setiap pemain; termasuk penjaga gawang dan dua central defender.

Pemain, menurut Rodgers, harus tahu apa yang harus dilakukan jika menguasai bola pada zona tertentu. Yang membedakan Swansea dari tim lain adalah Rodgers melibatkan pen jaga gawang dalam skema permainan.

Rodgers tidak ingin terpaku pada formasi 4-4-2, 4-3-3, 4-5-1, atau lainnya. Ia lebih suka menggunakan cara berpikir bagaimana bermain dengan konsep zona lapangan yang dikembangkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement