REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono, mengatakan bahwa penolakan klub-klub ISL untuk melepas pemainnya ke timnas atas panggilan PSSI Djohar Arifin adalah sebagai wujud mereka menghormati etika berorganisasi. Etika yang harus menjunjung tinggi asas "fairness".
"Jika ada kebijakan dari klub ISL yang tidak bisa melepas pemainnya, maka hal itu harus dimengerti oleh PSSI Djohar Arifin. Bahwa mereka adalah pengusung PSSI KLB 2012 di Ancol yang telah menunjuk ketua umum baru yakni La Nyalla Mattalitti,'' ujar Joko. ''Mereka memiliki etika dan respek terhadap upaya yang mereka lakukan sendiri."
Joko membenarkan tidak ada yang bisa melarang PSSI Djohar Arifin membentuk timnas atau tim apapun. Tapi, dalam situasi seperti sekarang ini, ada tahap-tahap yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Pembentukan timnas Indonesia tidak bisa dilakukan secara serampangan.
"Dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU), tidak serta-merta bisa dianggap bahwa kondisi organisasi ini telah selesai. Ini baru tahap proses awal," kata Joko Driyono yang juga anggota Komite Bersama (Joint Committee/JC) AFC.
Jika PSSI tidak melampaui tahap pertama, yaitu mengimplementasikan spirit MoU menjadi bentuk sebuah rekonsiliasi, maka tidak serta merta timnas yang akan mereka bentuk akan mendapat dukungan dari kubu PSSI KLB 2012. Joko yang juga menjadi delegasi kepengurusan La Nyalla di JC PSSI itu menegaskan bahwa pihaknya tidak melarang pemain ISL masuk timnas. Tetapi, satu hal yang pasti adalah pihak Djohar Arifin juga tidak bisa melakukan pemaksaan.