Senin 23 Jul 2012 23:30 WIB

Intimidasi tak Bisa Bentuk Timnas yang Harmonis

Latihan Timnas Indonesia
Foto: Antara
Latihan Timnas Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO PT Liga Indonesia yang juga anggota Joint Committe (JC) PSSI, Joko Driyono mengatakan, PSSI kepengurusan Djohar Arifin tak akan bisa membentuk Timnas yang solid jika menggunakan cara intimidasi terhadap klub-klub Liga Super Indonesia (ISL). Menurut dia, setelah PSSI dilanda kekisruhan sejak tahun lalu, seharusnya PSSI menghormati langkah-langkah yang dilakukan FIFA dan AFC yang telah memerintahkan membentuk JC PSSI untuk mengatasi kekisruhan.

"Kita ingin proses JC yang saat ini sedang berjalan ditempatkan sebagai wadah untuk membangun harmonisasi yang tuntas. Jika pada titik ini sudah terjadi, pasti semua akan mengalir semuanya. Harmonisasi tidak bisa dilakukan seperti sekarang jika tiba-tiba saling mengintimidasi," ujar Joko Driyono di Jakarta, Senin (23/7).

Hal itu dikatakan Joko mengingat situasi yang berkembang, kubu Djohar Arifin telah mengembangkan opini sepihak tentang sistem pembentukan Timnas, yang disertai intimidasi dengan opini pribadi yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah berorganisasi. Joko mengingatkan, organisasi PSSI sudah ada jauh sebelum seluruh pengurus yang ada saat ini lahir.

Dengan kepentingan menjaga organisasi, seharusnya pihak-pihak yang berseberangan bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dalam mencari solusi permasalahan yang ada. Tanpa komunikasi dan kebersamaan dalam menghadirkan harmonisasi semangat persatuan, lanjut Joko, maka harapan dapat melahirkan Timnas yang tangguh hanya akan menjadi mimpi belaka. Dan situasinya justru akan berbalik menjadi pengelolaan secara amatiran.

Dikatakan Joko, PSSI Djohar Arifin Husin dan PSSI La Nyalla Mattalitti sebenarnya sudah sejajar di mata AFC dan FIFA, sesuai dengan lahirnya memorandum of understanding (MoU) yang dibuat di Malaysia pada 7 Juni lalu. Namun, hingga saat ini belum ada sikap nyata dari kubu Djohar Arifin untuk saling menghargai.

Termasuk juga pembentukan Timnas untuk berlaga di Java Cup 2012 akhir pekan depan, tidak ada upaya komunikasi nyata dari kubu Djohar kepada pihak La Nyalla selaku figur yang dipercaya mayoritas anggota, sesuai dengan Kongres Luar Biasa di Ancol. Sehingga akhirnya proses pemanggilan pemain mendapat penolakan dari klub-klub ISL.

"Event yang dibuat PSSI sekarang jauh dari perencanaan yang matang, sehingga menyulitkan klub maupun pemain untuk 'respect' terhadap event ini. Kita lihat, selain keluar dari aspek regulasi juga tidak mengindahkan etika dan respect terhadap semangat rekonsiliasi. Hal ini mengakibatkan sinkronisasi kedua belah pihak tidak bisa berjalan harmonis," ujar Joko Driyono.

Terkait dengan perencanaan Timnas, lanjut Joko, semua pihak harus sepakat bahwa hal ini tidak boleh dilakukan sekadarnya. Indonesia dengan organisasi PSSI yang sudah cukup tua, diharapkan tidak terseret ke dalam pengelolaan Timnas yang amatiran. Joko menjelaskan, lembaga JC sebagai salah satu bentuk fakta tidak ada lagi pihak yang tidak diakui AFC dan FIFA. Dan PSSI tidak bisa mengabaikan hal itu.

Terkait dengan itu, masih kata Joko, jika komunikasi tak berjalan dengan benar, jangan salahkan jika sempat beredar kabar di lingkungan klub ISL bahwa turnamen Java Cup 2012 merupakan akal-akalan dari PT Liga Prima Sportindo Indonesia (LPIS) untuk mencari uang guna membayar kewajiban mereka kepada klub Indonesia Premier League (IPL).

"Menjadi sangat jauh jika teman-teman ISL berpikiran seperti itu. Intinya harus ada yang dikomunikasikan dengan pemain dan klub. Jangan sampai apa yang dilakukan pemain dan klub itu terkesan menjadi alat untuk memunculkan kalimat 'tidak nasionalis' atau 'tidak mendukung program Timnas'. PSSI ini bukan negara, Timnas bukan tentara nasional, dalam konteks membela negara pun ada prosedurnya," kata Joko Driyono mengakhiri.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement