REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timnas bentukan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) sebagai representasi kepengurusan PSSI hasil Kongres Luar Biasa (PSSI-KLB), akan menantang Timnas PSSI Djohar Arifin untuk membuktikan mana yang pantas dan terbaik diterjunkan ke Turnamen Piala AFF.
Pelaksana (acting) Sekjen PSSI-KLB Tigor Shalomboboy di Jakarta, Selasa (2/10), mengatakan hal itu dilakukan oleh Timnas KPSI demi menjaga harkat dan martabat diri bangsa Indonesia di mata dunia dalam kancah olah raga sepak bola.
"Suratnya akan kami layangkan ke PSSI hari Kamis (4/10). Ini demi mencari pemain-pemain Tanah Air yang memang layak mewakili Indonesia di ajang Piala AFF," ujar Tigor Shalomboboy.
Tigor mengatakan, langkah tersebut diambil dalam rangka tetap berusaha mencari pemain-pemain terbaik di Indonesia yang pantas untuk mewakili tim Garuda pada event Piala AFF yang akan digelar di Malaysia dan Thailand pada November mendatang.
PSSI Djohar Arifin telah membentuk Timnas yang dilatih Nil Maizar dan dipersiapkan ke Piala AFF. Demikian pula dengan KPSI yang posisi dan keberadaannya diakui oleh AFC, telah membentuk Timnas yang ditangani pelatih Alfred Riedl dengan tujuan yang sama, turnamen Piala AFF.
AFC sendiri telah memerintahkan dualisme Timnas tersebut ditangani oleh Joint Committee, namun pihak PSSI tidak mengindahkan hal itu dan malah melakukan pemanggilan pemain secara sepihak dan mengklaim Timnas yang sah adalah yang berada di pihaknya.
Sementara Nil Maizar juga melakukan pemanggilan terhadap pemain-pemain terbaik yang selama ini bernaung di bawah kompetisi Indonesia Super League (ISL). Namun akibat melangkahi kewenangan Joint Committee, klub ISL pun enggan mengizinkan pemainnya bergabung ke Timnas PSSI Djohar Arifin.
"Ke event itu tentu kami juga tidak mau Indonesia menjadi tim pesakitan atau tim yang selalu kalah saat Piala AFF nanti," ujar Tigor.
Indonesia, lanjutnya, memang dalam kondisi miskin event. Sementara dunia internasional juga sudah mengetahui bahwa saat ini Indonesia sedang dilanda dualisme Timnas dan dualisme organisasi yang sangat akut dan belum berakhir.
"Di tengah kondisi saat ini, tentu kami ingin Timnas tidak berdampak negatif dengan mengirimkan pemain-pemain yang bukan terbaik. Dengan ajang uji coba dengan Timnas Djohar, tentu masyarakat bisa menilai mana tim yang layak menjadi wakil untuk menjaga harga diri bangsa ini," katanya.
Tigor menambahkan, pertandingan 'ujicoba'' atau duel yang akan digelar pada 10 Oktober itu harus dilaksanakan dengan penuh 'fair play' dan semua pihak harus mengawasi jalannya 'fair play' tersebut.