REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Teriakan 'Merdeka Catalunya' menggema di Stadion Camp Nou, Senin (8/10) dini hari WIB, saat duel El Clasico antara Barcelona kontra Real Madrid berlangsung.
Mosaik besar dengan warna-warna bendera Katalan 'La Senyera,' menyebar di Camp Nou. Tak pelak laga itu pun bukan sekedar pertandingan sepak bola, tapi sudah merampah dunia politik. Pasalnya, El Clasico selalu menjadi cerminan tradisi politik panas antara kekuasaan Spanyol yang terpusat di Kota Madrid, dan daerah otonom Katalunya.
"Kebebasan untuk Katalunya", bunyi salah satu spanduk yang dibentangkan 98 ribu pendukung El Barca.
Perlawanan bangsa Katalunya menuntut kemerdekaan sudah berlangsung sejak kematian diktator Spanyol, Franco pada 1975 silam. Ia adalah sosok yang telah menindas bahasa dan kebudayaan Katalan.
"Real Madrid menghadapi Camp Nou, di mana suasananya akan menjadi perkecualian dan stimulasinya bukan hanya mengenai mendukung (tim), namun juga sosial dan politis," kata harian Katalan, La Vanguardia, pada Ahad (7/10).
"Impian para pendukung Barcelona bukan hanya meninggalkan lawan-lawan mereka dengan delapan poin, namun juga untuk mendemonstrasikan kebudayaan Katalan. Duel itu adalah motivasi untuk memperlihatkan identitas mereka."
Ini bukan untuk pertama kalinya sentimen-sentimen politik dibangun para pendukung sepak bola. Sejumlah pengamat politik juga turut andil memanaskan duel tersebut. Namun, duel kali ini menjadi panggung kalangan menengah untuk meluapkan keinginannya.
"Kami muak didikte Madrid dan mendapat perlakuan diskriminasi. Kami menginginkan hak untuk memutuskan apakah bertahan di Spanyol atau merdeka," kata seorang fans Barca, Jordi, kepada AFP saat berjalan menuju stadion.