REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Konflik sepak bola Indonesia ternyata berimbas kualitas klub di Indonesia.
Ini terbukti dengan tidak adanya satu pun klub asal Liga Prima Indonesia (LPI) dan Liga Super Indonesia (LSI) yang berhasil lolos standarisasi klub profesional versi AFC.
Akibatnya, keikutsertaan klub Indonesia di Liga Champions jadi terancam. AFC bahkan urung melakukan verfikasi terhadap juara LPI, Semen Padang yang didaftarkan ke Liga Champions Asia.
Sebaliknya, delegasi AFC yang bertugas melakukan verifikasi, justru memberi penyuluhan pada sejumlah klub Indonesia asal kompetisi LPI.
Dalam penyuluhannya, Director of Club Competition AFC, Stuart Michael Ramalingam, mengatakan klub di Indonesia harus segera melakukan pembenahan secara menyeluruh.
Pembenahan, kata dia, harus dimulai dari manajemen klub. AFC meminta, setiap klub di kompetisi kasta tertinggi di Indonesia harus dikelola oleh perusahaan perofesional. Selain itu, klub harus terbuka dalam melaporkan kegiatan keuangannya.
Menurut Stuart, proses menata klub menjadi profesional bukan perkara mudah bagi Indonesia. Namun, hal itu harus segera dilaksanakan agar sepak bola nasional tidak tertinggal dengan negara Asia lain. “Untuk mencapai kriteria (profesional) itu memang tak mudah dan harus realistik,” ujar Stuart, Sabtu (27/10).
Stuart pun memberi syarat bagi terciptanya klub yang profesional. Syarat pertama menurut delegasi AFC ini adalah profesionalisme harus bermula dari pengelola kompetisi. “Selain itu, pentingnya regulasi membuat kompetisi jadi bernilai lebih. Sehingga dulunya tidak ada uang yang dihasilkan, kini bisa menjadi uang,” kata Stuart.