Kamis 06 Dec 2012 14:04 WIB

Nyonya Tua, Antara Biscotto dan Anggur Kemenangan

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Indah Wulandari
 Pemain Juventus merayakan kemenangan mereka atas Shakhtar Donetsk. Kemenangan ini membuat Juventus keluar sebagai juara Grup E dan berhak melaju ke babak 16 besar Liga Champions.
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
Pemain Juventus merayakan kemenangan mereka atas Shakhtar Donetsk. Kemenangan ini membuat Juventus keluar sebagai juara Grup E dan berhak melaju ke babak 16 besar Liga Champions.

REPUBLIKA.CO.ID, Pernah menyaksikan film Eat, Pray, Love? Film yang dibintangi artis Hollywood, Julia Roberts, ini mengisahkan nilai hidup yang terkandung di tiga negeri berbeda. Italia dikaitkan dengan kata Eat (makanan) karena kedekatan budayanya dengan warisan kuliner.

Filosofi makanan di Italia tidak hanya terjadi di film garapan Ryan Murphy. Filosofi makanan bahkan mewarnai nyaris seluruh hajat masyarakat Italia, termasuk sepak bola.

Publik Italia tentu tidak asing dengan istilah 'biscotto'. Sejatinya biscotto adalah nama kue biskuit berlapis kacang almond yang berasal dari Kota Prato, Italia. Selain rasanya yang khas, cara membuat biscotto juga unik.

Biscotto harus dibuat dengan cara memasak kedua sisinya secara imbang. Bila sisi atas biscotto dipanggang selama 30 menit dalam suhu 70 derajat Celsius, ukuran sama berlaku untuk sisi bawahnya. Imbang.

Karena filosofi imbang itulah, biscotto kemudian dipakai sebagai istilah sepak bola. Istilah biscotto tenar pada Piala Eropa 2004 saat Swedia bermain imbang 2-2 melawan Denmark. Karena hasil imbang itu, kedua tim Skandinavia itu mampu melenggang ke perempat final. Di pihak lain, Italia tersingkir dari Liga Champions.

Main mata bahasa lazimnya. Di Inggris momen seperti ini biasa disebut “win-win solution” (solusi saling menguntungkan). Namun, media Italia menyebut momen itu sebagai biscotto.

Kini, sebutan biscotto kembali menghiasi media Italia. Bukan untuk membahas sejarah di Piala Eropa, melainkan sebagai tajuk laga Grup E Liga Champions antara tuan rumah Shakhtar Donetsk melawan Juventus, Kamis (6/12) dini hari WIB.

Shakhtar dan Juventus hanya perlu hasil imbang untuk memuluskan langkah mereka di Liga Champions. Bagi Shakhtar, hasil imbang cukup mengantarkan mereka lolos ke babak 16 besar sebagai juara grup. Sedangkan bagi Juventus, satu poin akan menyelamatkan mereka dari ancaman tersingkir. Di pihak lain, hasil imbang Shakhtar dan Juventus akan menyingkirkan sang juara bertahan, Chelsea.

Akankah terjadi biscotto dalam laga yang berlangsung di Donbass Arena? Pelatih Shakhtar, Mircea Lusecu, punya jawabannya, “Tidak akan ada biscotto. Kami akan bermain untuk menang,” ujar pria asal Rumania yang pernah sembilan tahun bermukim di Italia itu.

Banyak alasan bagi Lucescu untuk menolak bermain mata dengan Juventus. Alasan pertama adalah kehormatan Shakhtar di mata Eropa. Dua pekan lalu, Shakhtar dihujat hampir seluruh pencinta sepak bola akibat aksi tidak sportif strikernya, Luiz Adriano, pada laga melawan Nordsjaelland.

Selain untuk menebus dosa, Lucescu pun tidak ingin memberi sukacita bagi klub yang pernah merusak kariernya di Italia. Lucescu tercatat sebagai pelatih Inter Milan yang dipecat akibat kalah bersaing dengan Juventus. “Saya tegaskan kami akan bermain serius. Kalaupun hasil imbang terjadi, itu pasti bukan karena 'permainan',” ujarnya.

Hal yang sama juga diungkapkan kubu Juventus. Si Nyonya Tua menegaskan tidak akan bermain aman dengan mengincar hasil imbang. “Setiap pertandingan di tiap kompetisi, kami mencari kemenangan,” kata Sebastian Giovinco.

Pernyataan playmaker bertubuh mungil ini menegaskan bahwa sang juara Seri A Liga Italia tidak punya selera pada biscotto. Dibanding menyantap biskuit asal Prato, Si Nyonya Tua lebih berselera pada siraman anggur di atas podium kemenangan Liga Champions.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement