REPUBLIKA.CO.ID,SOLO--Manajemen Persis, Solo meminta Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) mengambil keputusan secara obyektif. Pasalnya, sejauh ini, BOPI belum menelusuri kasus kematian Diego Mandieta, mantan pemain Persis, secara komprehensif.
Diego menghembuskan nafas terakhirnya, Selasa (4/12) setelah sepekan menjalani perawatan di RSUD dr Moewardi, Solo. Diego diduga telah ditenlantarkan oleh manajemen Persis. Sejak berakhirnya kompetisi Juni lalu, hingga kini gajinya belum juga dibayarkan
Karena permasalahan tersebut, BOPI kemudian memberikan sanksi pada Persis berupa larangan untuk mengikuti kompetisi apapun dalam jangka waktu yang belum ditentukan. Namun, hal itu justru tidak dipedulikan oleh manajemen Persis.
Manajer Persis, Totok Supriyanto mengatakan, sebelum mengambil keputusan seharusnya BOPI melakukan konfirmasi ke pihak Persis terlebih dahulu. Karena, dia menilai, pihak badan olahraga tersebut belum mendapat informasi secara seimbang.
''Saya belum pernah dihubungi ataupun ditemui secara langsung oleh BOPI untuk meluruskan masalah ini,'' kata Totok pada Republika, Kamis (5/12).
Karena itu, dia berharap adanya kebijakan yang lebih komprehensif dalam menyolusikan persoalan ini. Menurutnya, sebuah langkah yang kurang tepat bila sanksi itu hanya diterapkan ke pihak Persis.
Totok mengatakan, hampir seluruh tim di Indonesia mengalami masalah keuangan, bahkan bukan hanya Persis yang menunda-nunda pembayaran gaji pemain. Sehingga, dia menganggap, kematian Diego tidak ada sangkut pautnya dengan keterlambatan gaji yang seharusnya dia terima. ''Kami dari manajemen Pesis akan mengambil sikap sebagai upaya pembelaan diri,? ucap Totok.
Langkah pembelaan seperti apa yang akan dilakukan, Totok masih belum berani memberikan perumpaan. Namun, menurutnya, jelas tidak adil bila hukuman tersebut menjerat pihak Persis tanpa melakukan konsolidasi terlebih dahulu.
Kemudian, Totok juga mengomentari kritik yang menyebutkan bahwa manajemen Persis menelantarkan Diego. Dia mengatakan, ketika Diego teridentifikasi sakit, mantan pemain Persis itu juga tidak berdiam diri, beristirahat di kamar kosnya.
''Dia dirawat oleh rumah sakit terkemuka dan mendapat penanganan dari dokter yang ahli,'' ungkapnya.
Sehingga, sebuah pernyataan yang salah, bila istilah penelantaran Diego dikaitkan dengan pembiyaan dari pihak manajemen. Karena, ketika itu, Diego sudah tidak lagi bersatus sebagai pemain Persis. ''Maka, masalah biaya rumah sakit bukanlah tanggung jawab kami,'' kata Totok.