REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisruh antara Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) yang tak tak kunjung usai menuai keprihatinan dari wakil presiden FIFA dan anggota komite eksekutif Asian Football Confederation (AFC) Pangeran Ali bin Al Hussein.
Ia pun menilai kematian pemain sepakbola Diego Mendieta buntut dari kekisruhan kedua badan sepakbola Indonesia.
Pangeran Ali mengatakan pihaknya telah berusaha melakukan yang terbaik melalui pembentukan tim task force AFC beberapa waktu lalu, akan tetapi kedua kubu masih belum ada itikad untuk berdamai. Hal inilah yang menyebabkan persoalan tak kunjung usai.
"Kami telah mencoba langkah terbaik untuk mengatasi masalah ini. Namun ini benar-benar mengerikan. Tragedi memilukan kematian Mendieta menjadi contoh mengapa persoalan ini harus segera diselesaikan," katanya.
Ia menambahkan semua stakeholders dalam sepak bola Indonesia harus menyadari hal tersebut. ''Jika mereka ingin melayani masyarakat maka mereka harus menyelesaikan perbedaan itu,'' kata Pangeran Ali.
Mendieta adalah pemain yang meninggal di Rumah Sakit Dr Moewardi Solo pada Selasa (4/12) lalu karena sakit. Parahnya, salah satu penyebab dari kematian tersebut lantaran Mendietta belum dibayar gajinya selama empat bulan oleh klubnya Persis Solo (Divisi Utama PT Liga Indonesia).
PSSI menolak untuk membantu pembayaran tunggakan gaji Mendieta karena tidak mengakui liga tersebut. PSSI hanya bersedia membantu ongkos pemulangan Mendieta ke keluarganya di Paraguay, Amerika Selatan.
Pangeran Ali menilai kedua kubu itu layak dipersalahkan dalam insiden tersebut. Kedua kubu malah sibuk mempermasalahkan tampuk organisasi PSSI ketimbang memperbaiki persoalan klub dan finansial sepakbola Indonesia.